Kalau pada konsumen pendiam, Anda lah yang lebih banyak berbicara dan bertanya, pada calon yang cerewet justru Anda mesti bertindak selaku pendengar yang baik. Artinya, Anda mesti bersedia mendengarkan apa yang diucapkannya.
Mendengarkan apa yang diucapkan calon konsumen merupakan cara pendekatan yang jitu. Dengan mendengarkannya, maka ia akan merasa dihargai. Dan, kalau ia merasa dihargai, pintu masuk sudah terbuka.
Ada kalanya Anda harus bersabar mendengarkan. Anda mungkin sering mengatakan "oh ya" "begitu ya", "maksud Bapak/Ibu?" untuk merespons ucapannya sekaligus menunjukkan bahwa Anda benar-benar memperhatikan apa yang dibicarakan.
Menghadapi orang yang cerewet terkadang membuat Anda merasa sulit masuk ke pokok pesan yang hendak Anda bawakan. Apa akal?
Carilah timing yang tepat untuk mengalihkan pembicaraan ke topik secara halus. Berhati-hatilah, jangan memotong pembicaraannya dengan kasar. Alihkan pembicaraan secara santun sehingga ia tetap merasa dihargai.
Setelah Anda memaparkan inti dari maksud Anda, silakan ngobrol lagi sekehendak hati si cerewet untuk memberikan kesan yang baik sebelum Anda mohon pamit.
Ketiga, calon konsumen yang sombong.
Di samping yang pendiam dan cerewet, calon konsumen tipe sombong pun ada. Nah, menghadapi orang seperti ini, apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Jalan untuk masuk ke hati calon konsumen yang sombong adalah dengan mendengarkan apa-apa yang dikatakannya. Biarlah ia memamerkan kehebatannya, apakah itu tentang keluasan pengetahuan, kekayaan, jabatannya, atau lainnya.
Anda cukup mendengarkan secara saksama, dengan penuh perhatian. Jangan pernah mengkritik atau membantahnya. Â
Jangan lupa, sebagai pendengar yang baik, responslah pembicaraannya dengan kata-kata yang relevan. Sesekali silakan Anda memuji, mengekspresikan kekaguman, mengangguk sebagai tanda persetujuan, dan semacamnya.