Omongan tetangga alias gosip (gossip, bahasa Inggris) terkadang terdengar bersliweran di telinga. Ada saja orang yang "peduli" dengan apa yang kita lakukan.
Kalau kita mencapai kemajuan, dibuatkan gosip yang tidak-tidak, seakan-akan kemajuan itu bukan hasil jerih-payah kita.
Kalau kita mengalami kegagalan, nah akan lebih ramai lagi, si penggosip akan asyik ke sana-ke mari membicarakan keterpurukan kita.
Motif dan Definisi Gosip
Pada kenyataannya, memang ada orang-orang yang seperti itu, suka sekali bergosip. Tidak hanya satu-dua, bahkan lumayan banyak orang semacam itu.
Dasarnya bermacam-macam. Ada yang iri hati dengan kemajuan kita. Dia tak ingin merasa dalam posisi lebih rendah. Ada juga karena ia tak ingin kita maju, agar kita sama seperti dia.
Gosip juga muncul saat kita gagal dalam suatu upaya. Orang pun bisa membicarakan kita dengan berbagai macam omongan.
Gosip disebut juga dengan istilah gibah dan gunjingan. Maknanya adalah sebuah obrolan atau omongan atau rumor kosong. Biasanya, gosip berkaitan urusan pribadi orang lain.
Lantas, bagaimana sikap kita terhadap omongan tetangga? Adakah jurus praktis untuk menepisnya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Pertama, tetaplah dalam usaha.
Bagaimana pun gosip yang tentu saja bernada negatif menerpa kita, jangan pernah berhenti berupaya, berusaha sesuai dengan rencana semula. Jangan pernah berhenti hanya gara-gara diterpa gunjingan yang tidak berujung-pangkal itu.
Jika, misalnya, kita berhenti berusaha, gosip tidak akan otomatis lenyap. Akan tetap saja ada, selama ada orang yang masih suka ngomongin orang lain. Jadi, tenang sajalah, teruslah berkarya. Tetaplah teguh dengan pendirian.
Kedua, tetap di jalan kebaikan. Â
Selama jalan yang kita tetap di rel kebaikan, tidak menyalahi aturan dan moralitas yang berlaku, mengapa risau? Mengapa kita mesti memedulikan apa yang menjadi omongan  tetangga?
Lakukan terus upaya yang sudah kita tetapkan semula, bergeraklah maju. Dasar utamanya adalah kebaikan. Kalau kita bergerak di ranah ini, saya kira, kita tidak perlu ragu atau mundur sejengkal pun.
Sebaliknya, perkuat semangat untuk berkarya. Tetaplah di jalan kebaikan yang diridhoi Tuhan. Inilah yang terpenting, bukan yang lain, apalagi gosip.
Ketiga, jawablah dengan hasil karya.
Seperti disebutkan di atas, kalau ada yang begitu "peduli" dengan menggosipkan kita, abaikan saja. Ingatlah, gosip itu akan selalu ada. Hanya, ada yang terdengar santer, ada yang sayup-sayup sampai.
Dengan terus-menerus berusaha dengan niat baik, nicaya ada saatnya kita menuai hasil. Artinya, hasil dari usaha kita akan terwujud setelah usaha keras yang kita lakukan.
Nah, hasil usaha atau prestasi inilah yang secara tidak langsung bisa membantah gunjingan yang terjadi.
Akhirnya, gosip yang menerpa kita dengan sendirinya sudah dijawab oleh keberhasilan kita. Jadi, jawab dengan hasil karya, bukan dengan kata-kata.
Dari sini akan ketahuan dan terbukti bahwa gunjingan itu omong kosong belaka. Mereka yang suka bergosip akan malu sendiri -- jika masih punya rasa malu, apabila apa yang kita lakukan dan hasilkan bertolak-belakang dengan apa yang mereka gosipkan.
Keempat, latihan kesabaran.
Kesabaran dalam kehidupan memang bekal yang berguna. Kesabaran akan membuat kita tabah dalam bertahan. Tabah dalam menjalani upaya yang kita lakukan, tabah juga dalam menghadapi omongan tetangga.
Jika kesabaran ini dirawat, maka hasil baiklah yang akan kita petik. Dengan modal kesabaran, kita tak perlu harus menyatakan "perang" dengan orang lain. Kesabaran menunjukkan kedewasaan kita dalam menyikapi hidup dan kehidupan.
Orang yang sabar akan disayang Tuhan. Demikian sebuah ungkapan yang sering kita dengar. Saya kira ungkapan itu benar adanya. Dalam banyak kasus, kesabaran sangat menentukan keberhasilan dalam hidup, sebagai bentuk real "disayang Tuhan."
Kelima, mustahil mengendalikan pikiran orang lain.
Ingatlah bahwa sangat mustahil bagi kita untuk mengendalikan pemikiran orang lain tentang diri kita. Orang lain memiliki pandangan sendiri tentang kita, entah positif atau pun negatif. Ia berhak atas apa yang terpikir olehnya.
Kita tidak harus dan tidak bisa mewajibkan orang lain memiliki pandangan yang selalu positif tentang diri kita. Ini mustahil.
Kita juga tidak bisa mengharuskan cara berpikirnya sama persis dengan cara berpikir kita. Mereka bebas berpikir tentang apa pun, termasuk tentang diri kita.
Daripada merisaukan apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita, mengapa tidak fokus pada apa yang kita kerjakan, yang kita cita-citakan?
Berfokus dan bertekun pada tugas, tanggung jawab, dan pekerjaan, pada upaya meraih impian, akan membawa kita menuai hasil pada saatnya.
Keenam, maju kena mundur pun kena.
Seperti sebuah lagu yang pernah populer, maju kena, mundur kena. Begitulah adanya orang yang dijadikan objek atau sasaran gosip.
Kendati kita meneruskan usaha, kita tidak akan luput dari gunjingan. Sebaliknya, ketika kita memutuskan berhenti dari usaha itu, gosip tak akan berhenti dengan sendirinya. Jadi, benar istilah maju kena, mundur pun kena itu.
Lalu, bagaimana? Jangan pedulikan gosip atau omongan tetangga. Tetaplah melangkah maju! Standar terpenting yang mesti menjadi pegangan adalah ketaatan pada aturan, moralitas, dan tidak merugikan orang lain. Itu saja!
Itulah 6 jurus praktis yang berguna untuk menepis gunjingan atau omongan tetangga. Silakan praktikkan dan lihatlah hasilnya!
(Â I Ketut Suweca, 1 Mei 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H