Jika dicermati secara saksama, terdapat paling tidak ada tujuh kekeliruan yang sering dialami atau dilakukan oleh para penulis pemula.
Mereka yang baru saja belajar menulis ingin sekali tulisannya segera dimuat, kurang tahan menjalani proses. Ada juga yang patah hati di tengah jalan sehingga membatalkan niat meneruskan langkah mendaki menuju puncak prestasi di dunia penulisan.
Seperti apa? Mari kita bahas lebih detail.
Tidak Segera Menulis
Pertama, tidak segera menulis karena merasa belum mampu. Inilah salah satu faktor penghambat orang yang bercita-cita menjadi penulis. Karena perasaan belum mampu, belum layak, maka ia tidak berani menulis.
Si calon penulis merasa harus belajar dan belajar teori dengan sebanyak-banyaknya sebelum menulis. Menurutnya, ia harus cukup menguasai teori menulis dulu, baru kemudian mulai menulis. Ia tidak bersedia praktik menulis kalau merasa diri belum memiliki pemahaman teori yang cukup.
Akan tetapi, yang sering tidak disadari, belajar teori saja belumlah cukup. Teori harus dibarengi dengan praktik. Teori memang perlu. Tetapi, jika tidak dilengkapi dengan praktik, teori tidak akan ada gunanya.
Nah, semisal yang bersangkutan sudah memiliki sedikit teori menulis, eh, ternyata tetap saja ia belum berani menulis.
Dalam hal ini, bukan lagi permasalahan pada penguasaan teori, melainkan masalah keberanian mempublikasikan tulisan. Kepercayaan diri harus diperkuat sehingga berani mempublikasikan karya.
Kendati sudah menguasai teori, belum tentu orang berani mempublikasikan tulisannya. Untuk ini, dorongan dari orang lain, terutama para penulis senior sangat diperlukan. Dengan dorongan itu, si penulis pemula atau calon penulis akan terpacu keberaniannya untuk mempublikasikan karya-karyanya.