Dalam mengikuti menulis maraton ini saya merasakan sulitnya menulis hal-hal yang tidak saya kuasai dengan baik. Untuk maklum, tidak semua topik yang ditentukan oleh pengelola kompasiana bisa saya tulis dengan baik.
Persoalannya, saya kurang memahami topik tersebut atau pengetahuan saya sangat terbatas tentang hal itu. Jika saya mencari dan mengolah bahan materi dari internet dan sumber lain, risikonya tentu tingkat orisinalitasnya menjadi terabaikan.
Di samping aspek orisinalitas, sentuhan pribadi (personal touch)-nya akan sangat kurang. Dari pengalaman menulis, aspek emosionalitas penulis mesti masuk untuk memberikan kekuatan (power) pada tulisan. Bagaimana kita bisa memberi power pada sebuah artikel kalau, sebagai penulis, kita kurang menguasai dan tidak berminat pada topik itu?
Semakin kita menguasai sebuah topik dan semakin kita senang pada topik yang tersebut, maka tulisan kita cenderung bagus. Sebaliknya, jika kita tak berminat dan tidak pula menguasai suatu topik dengan baik, maka tulisan kita akan cenderung kering tanpa roh.
Pelajaran yang bisa saya petik: tulis artikel sesuai dengan bidang kemampuan atau keahlian. Jika di luar itu yang harus ditulis, pelajari materinya dengan selengkap-lengkapnya dan lakukan internalisasi intensif sebelum menuangkan ke dalam tulisan.
Ketiga, penyuntingan cermat selalu dibutuhkan.
Menulis untuk lomba ini benar-benar tidak memberikan kesempatan untuk menyunting setelah tulisan tayang. Keadaan ini menutup kemungkinan bagi peserta untuk memperbaiki tulisan mereka.
Sebelum sebuah tulisan diunggah, si penulis tentu akan mengeditnya terlebih dahulu. Saya pun sudah melakukan proses editing berulang-ulang, bisa 2 sampai 3 kali editing. Sebelum menayangkannya, saya sudah yakin bahwa tulisan itu sudah clear, tanpa kesalahan.
Akan tetapi, bagaimana kenyataannya? Ternyata ada saja kesalahan ketik pada satu-dua artikel yang saya tayangkan. Kesalahan itu tidak mungkin saya perbaiki lagi.
Berbeda halnya dengan artikel yang tidak mengikuti blog competition ini, yang tetap memberi kesempatan kepada penulisnya untuk menyempurnakannya  dengan fasilitas tombol Edit. Tapi, itulah ketentuan yang harus dipatuhi.
Pelajaran yang saya dapatkan: menyunting artikel harus dengan cermat dan detail serta berulang-ulang. Menyunting adalah kunci terakhir dalam proses menyempurnakan tulisan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!