Mengenang masa muda saat sedang gandrung membaca dan menulis seperti tak pernah habisnya. Banyak kisah yang bisa ditulis tentangnya.
Tentang menulis dengan mesin ketik, tentang pengiriman naskah melalui kantor pos, tentang naskah ditolak, tentang honorarium, sudah pernah saya tulis.
Kali ini saya akan menulis tentang buku-buku lawas, kliping koran, dan kaitannya dengan menulis. Seperti apa? Mari kita mulai kisah ini.
Pencinta Buku
Saya disebut kawan-kawan sebagai pencinta buku. Sejak masih anak-anak hingga sekarang kegemaran saya akan buku tidak kunjung lenyap. Hidup terasa belum lengkap jika tak didampingi buku-buku bacaan dan kegiatan membaca.
Kalau bukan perpustakaan, maka toko buku adalah target kunjungan saya setiap ada waktu, sejak dulu. Untuk apa? Apalagi kalau bukan untuk sekadar bisa melihat-lihat, membaca sepintas, atau bahkan membeli buku. Â
Lalu, bagaimana saya mencintai buku? Salah satunya adalah dengan membungkus atau menyampulinya dengan plastik tansparan. Buku-buku baru (dan lama) saya beri sampul plastik. Maksud saya tiada lain agar buku itu lebih terlindungi sehingga lebih awet.
Ketika memiliki cukup waktu, saya sering melakukannya, dulu. Belakangan, dengan bertambahnya kegiatan, penyampuli buku tidak lagi saya lakukan.
Bukan tidak sayang dengan buku, melainkan karena waktu untuk itu tak tersedia lagi dan kegiatan tersebut tidak menjadi prioritas. Untungnya rak buku sudah berpintu kaca sehingga buku-buku di dalamnya relatif aman.
Teringat dulu ada sebuah toko buku di kawasan kota Denpasar yang memberi layanan tambahan dengan menyampuli buku dengan plastik transparan secara gratis. Beberapa kali saya datang dan membeli buku di sana lantaran layanan lebih yang mereka berikan itu.
Sudah mendapatkan diskon sepuluh persen dari harga pembelian, buku yang dibeli dibungkus pula dengan plastik. Pengerjaannya pun sangat rapi. Sebagai pembeli, saya merasa puas dengan  pelayanan yang diberikan.