Bagaimana dengan Penalaran?
Belum lagi menyangkut penalaran atau penggunaan logika dalam penulisan. Seorang penulis mesti memahami berbagai jenis proposisi, penalaran deduktif, dan bagaimana menarik kesimpulan.
Ia harus paham seperti apa penalaran induktif dengan memahami bagaimana melakukan generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Si penulis harus pula berhati-hati dengan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bernalar.
Sudah cukupkah? Belum! Penulis harus juga pandai menerapkan kaidah ejaan, khususnya ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Misalnya, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penggunaan tanda baca.
Jangan Terlalu Risau
Itulah beberapa hal yang seharusnya dikuasai apabila hendak menulis dengan baik dan benar dalam bahasa Indonesia. Lalu, apakah kita harus menguasai semua hal itu jika ingin menulis? Idealnya, ya.
Akan tetapi, kalau hal itu diberlakukan secara ketat, kapan kita berani menulis? Kapan jurus modal nekat bisa dikeluarkan?
Oleh karena itu, menurut saya, jangan terlalu risau dengan segala pernak-pernik dalam berbahasa Indonesia. Ingatlah, sebagian besar dari kita bukanlah sarjana atau ahli bahasa Indonesia. Kalau ingin menulis, ya, menulis saja, seperti yang saya lakukan ini.
Seperti pernah saya paparkan dalam artikel sebelumnya, saya bukanlah ahli bahasa Indonesia. Pantaslah jika ternyata ada kata-kalimat saya yang tidak atau kurang tepat. Tetapi, saya berani memutuskan untuk menulis dengan jurus modal nekat!. Saya labrak saja!
Yang penting, saya kira, gagasan yang hendak kita sampaikan bisa dipahami oleh pembaca. Tetap harus berusaha menulis sebaik mungkin yang kita bisa. Itu saja yang terpenting yang paling awal dan harus kita pahami dan usahakan.