Bukan sembarang memuji, kalau saya katakan bahwa buku yang saya perkenalkan ini sangat istimewa. Sungguh! Maka, di awal artikel ini saya ingin katakan kepada siapa pun yang mendalami tentang penulisan kreatif -- menulis yang berkaitan dengan karya sastra atau fiksi, bacalah buku ini. Jika tidak, maka Anda sudah mengabaikan sesuatu yang demikian berharga yang terkandung di dalamnya.
Penampilan yang Biasa-biasa Saja
Penampilan luar buku yang ditulis oleh A.S. Laksana sama sekali tak menunjukkan pesona atau kekhasannya. Betapa tidak! Ukurannya tak lebih dari seukuran novel yang sudah biasa kita baca. Tepatnya 12 x 18 cm. Ketebalannya pun sedang-sedang saja, 198 halaman. Warna kulitnya yang kuning polos sedikit soft pun tak begitu menggoda. Anda sudah dapat membayangkan betapa tampilan buku ini tidak spesial sama sekali.
Judulnya: Creative Writing. Barangkali penulisnya sengaja membuat judul keinggris-inggrisan agar lebih keren, seperti banyak terjadi pada buku lain. Tujuannya, apa lagi kalau bukan untuk memikat pembaca.
Lalu, apa gerangan yang membuat buku ini istimewa? Tak salah lagi: kontennya, isinya. Mau contoh sebagai bukti? Mari kita mulai membahasnya. Tapi, hanya beberapa saja ya. Nggak boleh membocorkan semua isi buku itu, kan? Nanti Anda malah merasa sudah tergenapi hanya dengan membaca resensi buku ini, lalu batal memburunya ke toko buku, he he he.
Mendekatkan Tangan ke Otak
Otak dan tangan atau tangan dan otak, adalah organ tubuh yang harus bekerjasama dalam menulis. Kalau keduanya emoh berduet, maka tak akan lahir sebuah tulisan yang diharapkan.
Di antara anggota tubuh yang lain, tulis A.S. Laksana, tangan adalah alat tubuh yang paling dekat hubungannya dengan kreativitas isi kepala kita. Otak kita merancang sesuatu dan tangan kita yang mengerjakannya.
Misalnya, seorang petani berpikir mengolah tanah, tangannyalah yang terutama mengerjakannya. Seorang pemburu yang di dalam pikirannya ingin mendapatkan buruannya, tangannyalah yang merentangkan busur, membidik sasaran. Demikian juga tatkala menulis atau mengarang, ketika otak berpikir, tanganlah yang menuangkannya ke tuts mesin ketik atau laptop.
Sebagaimana diakui penulis buku ini, konsep mendekatkan tangan ke otak itu pertama kali dicetuskan oleh Tony Buzan, penemu mind map. Dikatakan, "Anda ingin mengembangkan kreativitas? Dekatkan tangan Anda ke otak Anda!"