Nilai sampah berikutnya adalah selalu benar. Otak manusia terbatas adanya. Ia bisa lupa karena keterbatasan kognitif dan lainnya. Maka, wajarlah manusia bisa lupa, yang tak hanya terjadi dalam satu atau dua kali, bahkan berkali-kali sepanjang hidup.
"Otak kita mesin yang tidak efektif. Secara konsisten kita bisa membuat asumsi yang buruk, peluang yang keliru, ingatan yang salah terhadap suatu fakta, bias kognitif, dan keputusan berdasarkan gejolak emosi," tulis Manson. Jadi setiap orang dari kita tak bisa selalu benar, apalagi merasa selalu benar sendiri.
Yang terakhir dari empat nilai sampah yang disebutkan Manson adalah tetap positif. Menurutnya, kita tak selalu bisa tetap positif menghadapi semua persoalan hidup. Karena sesuatu hal, maka kita acap terbawa emosi negatif. Hal ini sangat manusiawi sifatnya. Pada kenyataannya, orang tak akan sanggup memandang dan mengalami segala sesuatu dengan tetap positif.
Menurut penulis buku ini, terus-menerus menuntut diri bersikap positif justru merupakan salah satu bentuk pengelakan terhadap masalah, dan bukan cara yang tepat untuk menyelesaikannya "... masalah-masalah boleh jadi justru menguatkan dan memotivasi Anda, seandainya Anda bisa memilih nilai dan ukuran yang benar," papar Manson.
Seperti saya katakan di atas, buku ini bisa membuat pembacanya terguncang. Bisa menolak mentah-mentah konsep berpikir yang ditawarkan, bisa pula menjadikan pembaca meninjau kembali keyakinannya selama ini terhadap nilai tertentu yang sudah dijadikan pegangan hidup. Dan, bukan tidak mungkin, pada akhirnya pembaca meng-iya-kan konsep ini, lalu mengadopsinya ke dalam ruang pikir dan mempraktikkanya dalam kehidupan nyata.
Mana yang akan dipilih, terserah pembaca. Pembaca bebas menentukan pilihan.
(Â I Ketut Suweca, 11 Juli 2020).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H