"Selamat pagi Pak I Ketut Suweca. Begitulah hidup ya Pak, terkadang antusias mengebu-gebu, tapi tak jarang meredup entah karena apa.Â
Tetaplah menulis ya Pak, setidaknya untuk mengaplikasikan hidup berbagi.
Terima kasih sudah berbagi melalui tulisan yang inspiratif ini.
Salam hangat."
Demikian tulis Bapak Tjiptadinata Effendi di kolom komentar artikel saya yang berjudul Ketika Lelah Menulis. Beliau melihat dan merasakan, ada saatnya semangat menulis menggebu-gebu di satu waktu. Namun, di lain waktu, semangat itu mengendor sedemikian rupa, seperti kehilangan gairah.
Diperlukan Istirahat
Apa yang ditulis Pak Tjip -- demikian saya menyebut nama beliau, benar adanya. Tak selalu semangat itu berada di puncak, sesekali ia akan sedikit drop dan memerlukan jeda untuk kemudian mengangkatnya kembali  ke puncak.
Dalam kegiatan menulis pun demikian. Saya yang sudah cukup lama terlibat di kompasiana telah merasakannya. Saya kira para sahabat pun mengalaminya. Dan, semua itu alami dan manusiawi saja. Tidak perlu dikhawatirkan. Â Jika menulis benar-benar merupakan passion atau panggilan jiwa kita, maka kita tak akan ke mana, tak akan pergi jauh. Akan selalu ada dorongan untuk kembali menulis.
Yang diperlukan adalah istirahat sejenak dari rutinitas. Jika menulis dan menulis saja sepanjang hari tanpa jeda tentu membosankan, bukan? Maka, kita perlu mengambil waktu istirahat dari kegiatan menulis sekaligus membuat variasi dengan beberapa kegiatan lain yang tidak menguras pikiran. Kita perlu jeda sejenak. "Ambil jeda yang diperlukan," tulis Mbak Lusy Mariana Pasaribu, menyarankan.
Di dalam artikel tersebut saya menjelaskan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk memberi variasi dalam kehidupan sekaligus menghidupkan kembali semangat menulis setelahnya. Intinya adalah, untuk sementara melupakan aktivitas menulis, dengan mengambil aktivitas di luar kegiatan menulis sepenuhnya.
Aktivitas Menulis