Orang-orang kaya yang kikir adalah mereka yang tertutup hatinya. Kendati pun akhirnya bersedia memberi sesuatu, ia akan berpikir sampai berkali-kali. Mereka akan berpikir keras, misalnya, dengan bertanya setidaknya di dalam hati, "apa yang saya dapat dari bantuan yang saya beri sekarang." Jadi, orang kaya yang kikir akan menuntut balasan.
Sebaliknya, orang kaya yang benar-benar murah hati akan segera terketuk hatinya ketika melihat penderitaan orang lain. Tanpa diminta pun ia akan segera datang mengulurkan bantuan. Ia tak berhitung tentang apa balasan dari mereka yang dibantu.
Di samping itu, ia merasa sekian persen dari kekayaan yang dimiliki melekat hak orang tak berpunya. Oleh karena itu harus diserahkan kepada "pemiliknya." Berbagi kepada orang lain baginya adalah juga sebentuk syukur atas kemurahan Ilahi yang memberi rejeki lebih dari cukup.
Sampai di sini, saya teringat dengan seorang pengusaha besar di negeri ini ---tak usah saya sebut namanya, yang selalu tergerak untuk membantu mereka yang papa. Ia membantu orang-orang yang hidupnya susah semata-mata karena dorongan hati dan dorongan kemanusiaan.
Semoga kita semua, entah kaya atau tidak, tetap bermurah hati. Mari temukan cara untuk bisa membantu orang lain, di mana pun dan kapan pun itu. Nah, selamat berbagi kebaikan dengan keikhlasan hati.
Note : Perkenankan saya menyampaikan "selamat menjalankan ibadah puasa" kepada semua sahabat-sahabatku yang muslim. Semoga dilancarkan puasanya dan mendapatkan berkah. Amin.
(Â I Ketut Suweca, 30 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H