Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tidak Ada Makan Siang Gratis! Perlu Pengorbanan Wujudkan Impian Jadi Kenyataan

26 April 2020   17:52 Diperbarui: 27 April 2020   11:03 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinterest.com/Callie Shoup

Sahabat kompasiana, saya kembali hadir dengan satu artikel lagi untuk menemani para sahabat hari ini. Kali ini mari kita berbincang serba sedikit tentang pentingnya pengorbanan untuk mencapai impian, apapun impian itu.

Baiklah, sebelum masuk pada inti pembahasan, mari kita awali dulu dengan sebuah kisah lama yang saya angkat kembali. Cerita ini saya tulis lagi di sini, tentu tidak sama persis dengan yang aslinya. Ini hanya seingat saya saja. Mari kita mulai.

Kisah Sang Raja dengan Para Bijaksana

Dikisahkan seorang raja yang kaya raya ingin sekali mendapatkan pemikiran terbaik tentang bagaimana prinsip meraih sukses. Ia ingin mendapatkan pandangan dari para cendikia yang  bijaksana di kerajaan yang dipimpinnya.

Maka, ia pun mengundang para bijaksana dari berbagai kalangan untuk berkumpul ke pusat kerajaan. Ada puluhan orang yang diundang dan semuanya hadir. Mereka duduk di tempat yang dipersiapkan dan menunggu titah sang raja.

"Saya ingin mendapatkan intisari tentang bagaimana menjadi sukses.  Saya minta saudara-saudara merumuskan dengan sebaik-baiknya. Saya akan memberi kalian waktu sepuluh tahun untuk menemukan jawabannya," kata sang raja.

Para bijaksana pun pamit ulang dan mulai mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dan dengan secermat-cermatnya sehingga mendapatkan hasil seperti diharapkan raja mereka.

Nah, sepuluh tahun kemudian, orang-orang bijaksana itu kembali menghadap sang raja dan menyerahkan buku-buku hasil karya mereka. Kepada sang raja diserahkan 24 judul buku, semuanya berisi prinsip-prinsip mencapai kesuksesan.

"Ini kelihatannya terlalu sulit. Kurang simpel. Kurang menukik pada inti pembahasan," katanya.

 "Ambilah waktu sepuluh tahun lagi untuk menemukan jawaban yang sesungguhnya. Datanglah kembali 10 tahun lagi," sabda sang raja.

Singkat cerita, sepuluh tahun kemudian para bijaksana yang terkemuka di negeri itu kembali datang ke istana. Kali ini mereka hanya menyerahkan satu buku kepada sang raja. Apa kata paduka yang mulia?

"Ini masih terlalu sulit. Saya akan memberi kalian waktu sepuluh tahun lagi untuk menemukan jawaban sejati menuju sukses," kata sang raja.

Waktu sepuluh tahun lagi itu pun tiba. Para cendikia yang bijaksana itu kini sudah renta dan kelelahan. Tetapi, karena tugas dan kewajiban yang harus diemban, mereka kembali datang menghadap sang raja dan menyerahkan selembar kertas. Ya, hanya selembar kertas. Di atas kertas tertulis kalimat: "Tidak ada makan siang cuma-cuma."

Membaca kalimat singkat itu, sang raja sangat bersukacita. Sambil mengucapkan selamat kepada para bijaksana hadir saat itu, sang raja berkata,"Kalian berhasil menemukan jawaban inti menuju sukses."

Berhasil Karena Bersedia Berkorban

Jawaban inti yang diserahkan para bijaksana adalah rumus utama untuk meraih impian: tidak ada makan siang gratis. Artinya, untuk meraih impian diperlukan pengorbanan.  Tidak ada yang mudah dan instant untuk mencapai kesuksesan sejati.

Banyak orang yang bisa dijadikan contoh sekaligus panutan dalam pencapaian impian. Mereka tidak mendapatkan keberhasilan apa pun yang menonjol tanpa pengorbanan. Para pemusik hebat, para penyanyi kawakan, para penulis terkenal, para ilmuwan terkemuka, tidak mendapatkan keberhasilan dengan mudah.

Mereka menjalani proses panjang, jatuh-bangun. Mereka mengerahkan segala upaya untuk mencapainya. Banyak waktu, tenaga, pemikiran, dan bahkan uang dikorbankan untuk pencapaian itu. Mereka sudah melewati berbagai kesulitan, tantangan, rintangan, dan tekanan, dalam proses meraih impian.

Kini mereka berada di panggung kesuksesan, memiliki nama besar berikut hasil karya yang luar biasa. Lantas, ada yang nyeletuk, betapa mudahnya mereka mencapai semua itu. Disangka bahwa pencapaian itu hanya karena mereka dipilih Tuhan, hanya karena mereka berbakat. Bahkan, penilaian lebih lebih miris lagi, ada yang men-cap mereka sebagai orang yang beruntung saja.

Sejatinya semua pendapat di atas adalah penilaian yang salah. Mereka menjadi seperti yang terlihat tidaklah dicapai dengan mudah. Mereka menjalani proses panjang, berlatih, berlatih, dan berlatih secara terus-menerus dengan konsistensi dan keteguhan hati. Orang-orang yang sukses dalam hidupnya sangat paham bahwa suatu keberhasilan baru bisa diraih hanya jika ada kesediaan membayar harganya terlebih dahulu.

Pada masa kini, banyak orangenggan berkorban untuk meraih impian. Mereka emoh berletih-letih atau bersusah payah untuk mencapainya. Banyak yang ingin instant, tak bersedia menjalani proses. Padahal, keberhasilan dan karakter tangguh terbentuk melalui proses yang memakan waktu dan energi.

Banyak orang ingin mendapatkan ijazah dengan mudah. Banyak yang ingin mendapatkan lompatan karier dengan mudah, mengandalkan koneksi semata. Tidak kurang orang yang ingin segera menjadi kaya raya dengan merampok hak orang atau pihak lain.

Padahal, untuk meraih impian tak ada rumus instant, tidak ada cara mudah dan enak. Seperti tulisan terakhir para bijaksana,"Tidak ada makan siang gratis." No free lunch! Begitulah, semua harus diperjuangkan dengan totalitas dan jerih-payah.

( I Ketut Suweca, 26 April 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun