Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/730286895807369912/
Serangan covid 19, kian menjadi-jadi. Dari hari ke hari jumlah yang terjangkit terus meningkat. Korban jiwa pun tidak terhindarkan. Jika keadaan ini dibiarkan tentu akan sangat fatal akibatnya. Semua pihak akan dirugikan, bahkan akan kian banyak menelan korban jiwa. Tentu kita semua tidak menghendaki keadaan menjadi semakin parah.
Pemerintah pusat dan daerah telah berusaha keras untuk menekan laju perkembangan virus yang sebelumnya mulai berjangkit di Wuhan, Tiongkok ini. Banyak pihak terlibat dan melibatkan diri dalam mencegah, mengantisipasi perkembangannya, dan menangani para pasien yang terpapar. Belum lagi dana besar yang harus dialokasikan untuk penanganan masalah ini, yang diambil dari sumber dana yang direncanakan untuk pembangunan infrastruktur, misalnya.
Perlu Dukungan Semua Pihak
Pemerintah tentu tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kerjasama dan dukungan berbagai pihak. Kalangan swasta, pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat bahu-membahu melawan penyakit yang jika tak di-handle segera, bisa menelan semakin banyak korban jiwa ini.
Di tengah upaya-upaya pemerintah dan banyak pihak yang terlibat, ada juga orang yang melontarkan pernyataan-pernyataan negatif. Mereka mengeluh dan mengritik sana-sini, mengatakan hal-hal yang tak sepantasnya dilontarkan. Tidak kurang pula yang tega membuat dan menyebarluaskan informasi hoax di tengah-tengah masyarakat.
Sedihnya, ada masyarakat yang menerima informasi tersebut tanpa reserve, sebagai sebuah kebenaran, tanpa terlebih dahulu menyaringnya. Akibatnya, sebaran informasi bohong pun terus meluas. Informasi ini, bila tidak disikapi secara kritis, bisa menimbulkan kepanikan bahkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Padahal, dalam keadaan tidak normal seperti ini, satu-satunya sandaran yang bisa diandalkan adalah Pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Berkaitan dengan serangan virus corona yang sudah di depan hidung dan bahkan mengancam jiwa ini, seharusnya kita bersikap tenang, tidak panik. Percayai informasi yang diberikan oleh Pemerintah melalui saluran-saluran resmi yang dimiliki, baik itu melalui website, facebook, istagram, dan lainnya.Â
Jika ada siaran keliling yang memberikan imbauan tentang pencegahan virus corona dan sosialisasi tentang pola hidup bersih dan sehat, mesti didengarkan dan dipatuhi. Hal ini penting, agar masyarakat memiliki "pegangan yang resmi" dalam menghadapi situasi dengan segala perubahan yang terjadi.
Kerelaan Berkorban dalam Kondisi Tidak Normal
Keadaan tidak normal dalam bencana ini memang menuntut semua pihak bersikap tenang dan bersedia berkorban. Ketenangan akan membuat kita semua lebih mampu berpikir logis dalam menerima informasi dan dalam pengambilan keputusan.Â
Kalau kita tenang dalam menghadapi bencana ini, sikap dan perilaku kita menjadi terkontrol. Sebaliknya, jika kita panik, maka keputusan yang kita ambil cenderung salah dan berakibat buruk.
Berikan kesempatan kepada Pemerintah untuk mengambil sikap dan keputusan. Pemerintah pasti selalu memikirkan solusi terbaik yang bisa diambil sesuai dengan perkembangan situasi di lapangan. Pemerintah tentu memiliki keinginan dan melakukan berbagai upaya agar semuanya selamat dan berhasil keluar dari ancaman virus corona ini.
Berbicara tentang kerelaan berkorban, kita lihat saja tenaga kesehatan, baik tenaga medis maupun paramedis, yang bekerja keras siang-malam untuk menangani pasien-pasien yang ditengarai terkena virus corona. Bahkan, jiwa mereka menjadi taruhannya.Â
Kita ketahui, beberapa tenaga kesehatan sampai berkorban jiwa demi menjaga kesehatan masyarakat. Mereka semua adalah para pengabdi yang tulus di bidang kesehatan, walau ancaman terpapar selalu mengintai.
Para pendidik juga berkorban. Mereka kini tak lagi diwajibkan masuk sekolah, demikian pula siswa didik. Mereka harus menggunakan perangkat teknologi digital untuk melaksanakan sistem pembelajaran jarah jauh (e-learning).Â
Sebagian dari mereka mungkin kurang atau tidak familiar dengan perangkat teknologi itu sehingga mengalami kesulitan yang relatif besar. Mereka, mau tak mau, harus mulai belajar dari awal.
Belum lagi persoalan perangkat yng digunakan dan jaringan internet di daerah-daerah yang keadaannya belum tentu selalu stabil. Di tengah-tengah keadaan itu, para pendidik yang berada di rumah harus mengerjakan tetek-bengek urusan rumah tangga, mengurus anak --- terutama ibu-ibu -- dan pekerjaan rumah lain yang tak ada selesainya.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai penegak peraturan daerah harus bergerak cepat dan bekerja keras di lapangan, mengingatkan dan menegur anggota masyarakat yang tidak mematuhi aturan dan imbauan pemerintah daerah.Â
Mereka bekerja lebih keras lagi dibanding biasanya, bahu-membahu berkeliling wilayah untuk menegakkan peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait covid 19.
Para pedagang pasar tradisional tidak bisa acuh tak acuh. Mereka juga terkena dampaknya. Mau tak mau, harus juga bersedia berkorban menghadapi keadaan sulit ini.Â
Para pedagang tentu mesti menjaga diri dan lingkungan di tempatnya berjualan agar bisa aman dan selamat dari paparan virus ini. Jika ada perubahan jadwal berjualan dari pemerintah, hendaknya dipatuhi.Â
Hendaknya aturan dan imbauan Pemerintah diindahkan dengan baik. Jangan sampai ada yang mengedepankan ego dengan bersikukuh untuk tetap berjualan di luar ketentuan yang berlaku.
Para pekerja pariwisata, formal dan informal, banyak berkorban dan bahkan sangat terpukul oleh keadaan tidak normal ini. Ancaman covid 19 bahkan mampu melumpuhkan geliat pariwisata di berbagai daerah. Tidak lagi ada tamu yang berkunjung. Okupansi hotel nyaris nol.Â
Banyak diantara pekerja di bidang pariwisata terpaksa "dirumahkan" akibat dampak negatif dari bencana ini. Di tempat-tempat wisata, di mana para pedagang kecil mengais rejeki juga sepi sehingga mereka tidak lagi memperoleh penghasilan.
Dibutuhkan Semangat Kebersamaan
Itu hanya menyebut pengorbanan beberapa pihak. Tentu masih banyak lagi para pihak yang harus berkorban dalam situasi yang sulit ini. Semuanya, mau tak mau, harus bersedia berkorban dalam situasi seperti ini.Â
Bagi masyarakat ekonomi kelas bawah yang "bekerja sekarang untuk bisa beli makan sekarang" pasti sangat merasakan dampaknya. Mereka harus menerima dan menyiasati keadaan ini untuk beberapa waktu lamanya.
Oleh karena itu, semua pihak hendaklah bersatu padu dengan semangat kebersamaan menghadapi "hantu" yang tak kasat mata ini. Semua pihak seyogianya bersedia berkorban untuk sebuah tujuan baik. Dan, semua pihak mesti mengikuti aturan, kebijakan, dan arahan Pemerintah, sehingga kita semua bisa segera keluar dari keadaan ini dengan selamat.Â
Hindari sikap mementingkan diri sendiri, karena di samping melanggar ketentuan yang ditetapkan, mungkin juga berdampak buruk terhadap keluarga sendiri dan masyarakat pada umumnya.
Mari bersama-sama bersedia berkorban dalam situasi yang tidak normal ini. Tak satu pun dari kita berkeinginan membiarkan diri terkurung oleh situasi bencana terus-menerus.Â
Diperlukan pemikiran dan upaya bersama untuk memerangi virus corona sehingga semua bisa segera terbebas dari keadaan yang sulit ini dalam keadaan selamat dan sehat.
(Â I Ketut Suweca, 31 Maret 2020).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H