Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Kali Kejadian, "Pantat" Kendaraan Ditabrak dari Belakang. Salah Siapa?

15 Maret 2020   18:56 Diperbarui: 27 Maret 2020   22:32 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/302867143690894085/

Begitu keluar dari warung makan, terdengar suara teriakan. Merasa penasaran, saya mencoba mencari-cari sumber suara. Ternyata tak jauh dari warung tempat saya sarapan, telah terjadi tabrakan. Sebuah sepeda motor yang dikendarai seorang perempuan muda menabrak mobil yang ada di depannya. Si pengendara sepeda motor jatuh tersungkur.

Mendengar penuturan mereka, baik pengendara mobil maupun pengendara sepeda motor, ternyata si pengendara sepeda motor bergerak beriringan satu arah. Tetapi, si pengemudi mobil menginjak rem karena ada mobil parkir di pinggir jalan tepat di depannya sehingga tidak memungkinkan berjalan terus.

Nah, saat itulah pengendara sepeda motor yang asyik membuntuti mobil tersebut tidak 'ngeh' sama sekali. Ia gelagapan mengendalikan motor dan braaakk!! Sepeda motor menabrak mobil di depannya, tak terelakkan sama sekali.

Masih beruntung di pengendara tidak mengalami luka sama sekali. Sepeda motor pun masih layak jalan, hanya sayap depannya yang pecah. Si pemilik mobil hanya bisa menggeruti karena cat belakang mobil fortuner-nya lecet dihantam stang sepeda motor tersebut. Ia tidak sampai hati membebani si penabrak.

Saya hanya sebentar di tempat kejadian karena kepepet waktu, harus segera menghadiri acara pengukuhan guru besar seorang sahabat di Universitas Udayana, kampus bukit Jimbaran.  

Kejadian Tabrak 'Pantat'

Kejadian seperti itu tak hanya kali ini saya lihat. Bahkan, sebelumnya, hal yang sama pernah saya alami sendiri, dua kali. Kedua-duanya, maaf, tabrak 'pantat', he he he.

Pertama, ketika kami sekeluarga memacu kendaraan menuju ke sebuah tempat suci dengan tujuan sembahyang yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Kami berkendaraan beriringan dengan mobil lain yang ada di depan.

Tanpa dinyana, dua mobil di depan mengerem tiba-tiba. Secara refleks kaki saya menginjak pedal rem menghindari kemungkinan menabrak mobil di depan. Begitu saya mengerem, tiba-tiba terdengar suara braaak!! Keras sekali. Mobil yang saya kendarai terasa terdorong paksa ke depan.

Apa yang terjadi? Duh, kendaraan yang saya kemudikan ditabrak dari belakang. Mobil yang ada tepat di belakang menghantam pintu belakang kendaraan saya dengan moncongnya. Akibatnya, pintu belakang mobil penyok. Kendaraan yang menabrak pun penyok berat di bagian depannya dan mengeluarkan asap.

Segera saya meminggirkan mobil, lalu berlari ke belakang, menggedor pintu mobil yang menabrak dengan maksud meminta mereka segera turun karena mobilnya menyemburkan asap di ruang mesin. 

Rupanya, mereka tidak segera turun, mungkin mengira saya sedang marah. Tak lama kemudian, 4 orang, dua laki-laki dan dua perempuan, yang ada di dalam pun turun.

Anehnya, si sopir bukannya meminta maaf karena telah menabrak mobil saya, melainkan meminta saya mengganti biaya perbaikan atas kerusakan mobilnya. 

Saya jelaskan bahwa karena dia yang menabrak dari belakang, dialah yang berada dalam posisi salah. Tetapi, ia tetap saja ngotot minta ganti rugi dan menyalahkan saya yang tiba-tiba mengerem. Saya juga bilang bahwa kendaraan saya pun penyok di belakang akibat hantaman moncong mobilnya.  

Setelah polisi dari Polsek setempat datang, barulah ia menerima bahwa dia dalam posisi bersalah. Ia berkendaraan terlalu dekat dengan mobil di depan, kurang mengatur jarak yang aman. Ketika mobil di depan mengerem secara tiba-tiba, ia tak bisa mengendalikan kendaraan sehingga tabrakan tak terhindarkan.

Akhirnya, berkat penjelasan pak polisi, ia urung menuntut saya ganti rugi atas mobil yang rusak. Mestinya saya bisa menuntut balik agar dia membiayai kerusakan 'pantat' mobil saya yang penyok, tapi tak saya lakukan. Di samping tak enak memberatkan orang, juga karena mobil yang saya bawa masih ada asuransinya. 

Ya, tinggal mengganti pintu belakang yang penyok berat itu dari asuransi. Belakangan, saya hanya membayar tiga ratus ribu rupiah sebagai syarat pengurusan asuransi.

Lama setelah kejadian itu, ada lagi peristiwa serupa. Kali ini terjadi di wilayah ketinggian, Bedugul. Pembaca yang pernah berkunjung ke Bali mungkin sudah mengetahui tempat wisata yang sangat ramai dikunjungi wisatawan itu. Di situ ada pura yang berdampingan dengan mesjid, terletak persis di pinggir danau yang sangat indah, Danau Beratan, Bedugul, Tabanan, Bali.

Peristiwa terjadi sebelum Danau Beratan, sedikit di selatan. Ketika itu saya menyetir sendiri kendaraan. Ada istri di samping menemani. Hari beranjak gelap, sedikit kabut.  

Semua kendaraan yang melintas menghidupkan lampu dan bergerak relatif pelan.  Seketika mobil yang ada di depan berhenti. Saya pun menginjak rem. Sepertinya ada kendaraan yang memotong jalan di depan. Tapi, tiba-tiba mobil saya sedikit bergoyang disertai bunyi di bagian belakang.

Setelah saya pinggirkan mobil dan memeriksa keadaan, ternyata ada dua orang tersungkur di jalan --yang saya tahu kemudian mereka adalah suami-istri. Si suami yang mengendarai sepeda motor yang menabrak mobil saya. 

Mereka berdua terjatuh. Beruntung hanya istrinya mengalami sedikit luka lecet dan saya minta tolong orang sekitar membantu mengambilkan obat. Sepeda motor yang dikendarai mengalami rusak di bagian depan, stang bengkok dan sayap depan rusak berat sehingga tak mungkin dikendarai lagi.

Sesuai saran saya, sepeda motor itu dititipkan di rumah penduduk setempat untuk diambil dan diperbaiki keesokan harinya. Saya pun mengantar mereka sampai ke tujuan. Sepanjang perjalanan kami mengobrol di dalam mobil. Saya dan istri meminta maaf tidak bisa membantu membiayai sepeda motornya. Saya harus mengecat bagian belakang mobil karena lecet akibat kejadian itu.

Mengambil Hikmah : Lebih Berhati-hati

Begitulah pengalaman saya di jalan. Hikmah yang saya dapatkan adalah saya harus lebih hati-hati di jalan. Banyak kecelakaan terjadi karena kelalaian salah satu atau kedua pihak. 

Hikmah lainnya, pengaturan jarak antarkendaraan seyogianya mendapatkan perhatikan. Jangan terlalu dekat jaraknya, apalagi kendaraan sedang sama-sama melaju cepat. Bisa berakibat fatal. 

Sebaiknya atur jarak antarkendaraan sedemikian rupa sehingga memungkinkan kita bisa mengendalikan kendaraan sekaligus menghindari terjadinya kecelakaan. Barangkali sesekali perlu melihat kembali buku panduan berlalu-lintas, he he he.

( I ketut Suweca, 15 Maret 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun