Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kasih Sayang, Sebuah Pendekatan Kepemimpinan Model Baru

5 Maret 2020   20:57 Diperbarui: 28 Maret 2020   08:16 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/197665871134515553/

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang-orang yang dipimpin untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Begitulah definisi sederhana tentang kepemimpinan (leadership). Kemampuan "memengaruhi" adalah kata kunci utamanya. Jika orang-orang yang dipimpin melakukan tugas dengan baik dan mencapai target dan/atau tujuan, maka pemimpinnya disebut berhasil.

Mengamati Praktik Kepemimpinan

Ada beberapa model yang umum dikenal dalam praktik kepemimpinan. Pertama, ada model kepemimpinan yang menyerahkan seluruh prosesnya kepada mereka yang dipimpin. Ia menerapkan pola memberikan kebebasan kepada orang-orang yang dipimpin untuk mengerjakan tugas apapun yang dibutuhkan. Dia hanya hadir tak lebih dari simbol saja. Model ini dikenal dengan kepemimpinan laissez faire.

 Kedua, ada model kepemimpinan yang selalu mencari dan meminta masukan dari para staf yang dipimpin. Masukan-masukan dari mereka yang dipimpin diyakini akan membuka peluang bagi lahirnya keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan hanya dipertimbangkan sendiri. Pemimpin demokratis akan mengambil keputusan setelah mempertimbangkan dengan saksama berbagai saran dan masukan dari mereka yang dipimpin.

Ketiga, ada model kepemimpinan yang tidak memberikan kesempatan bagi munculnya masukan dan saran. Sang pemimpin mengambil keputusan semata-mata dari pemikiran dan kehendaknya sendiri. Ia benar-benar mengambil keputusan tanpa minta pendapat dari siapa pun.

Para pengikut hanya berperan melaksanakan apa yang diputuskan tanpa reserve, tanpa bertanya.  Apa yang menjadi keputusan sang pemimpin, itulah yang harus dilaksanakan. Tak ada pilihan lain.

Berani berbeda pendapat akan dipandang menentang dan dianggap musuh atau lawan oleh pemimpin model ini. Apalagi berani mengkritisi keputusan atau kebijakan sang pemimpin, resikonya besar. Pemimpin otoriter menjadi orang yang selalu merasa benar. Ia di-cap sebagai orang tak pernah berbuat salah. The boss do no wrong!

Dalam dunia modern sekarang ini, kepemimpinan yang disebutkan di atas, dalam situasi tertentu, masih dibutuhkan dan bisa dilaksanakan. Kepemimpinan bergaya otoriter, misalnya, masih bisa dilakukan pada situasi tertentu, terutama dalam keadaan mendesak dan gawat. Bisa juga diterapkan terhadap pengikut yang kualitas sumber daya manusia-nya masih sangat rendah.

Demikian pula dengan kepemimpinan yang menggunakan pendekatan demokratis masih diterapkan dengan mempertimbangkan kualitas keputusan yang ingin dihasilkan. Dengan pendekatan demokratis diharapkan keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang terbaik.

Dan, model kepemimpinan yang membebaskan pengikut  (laissez faire) masih bisa dilaksanakan apabila yang dipimpin adalah adalah para expert yang sudah mampu mengatur dirinya sendiri yang tidak perlu banyak dipandu atau dituntun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun