Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Inilah Sederet Upaya Sederhana untuk Melahirkan Sang Juara

20 Februari 2020   05:29 Diperbarui: 29 Maret 2020   03:39 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/87186942759319760/

Belum lama ini saya diundang Ketua Umum KONI di daerah. Saya diundang dalam kapasitas sebagai ketua umum sebuah cabang olahraga. Rupanya KONI hendak melaksanakan jumpa pers dengan para wartawan.  

Ada belasan wartawan yang hadir. Topiknya tentang pembagian bonus atas perhelatan olahraga yang diselenggarakan baru-baru ini. Kok topiknya rada aneh, membagi bonus perlu mengundang wartawan, juga mengundang saya?

Mengapa Bonus Terbanyak?

Ceritanya begini. Ketika perhelatan olahraga yang paling bergengsi di Bali itu berlangsung, cabang olah raga yang saya pimpin di daerah, mendapatkan medali terbanyak, bonus atlet terbanyak, bonus official/manajer/pelatih terbanyak pula.

Nah, setelah Ketua KONI menjelaskan secara detail tentang berapa jumlah medali emas, perak, perunggu, dus besaran bonus, kepada siapa bonus dibagikan dan lainnya --sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban tentu, akhirnya saya diminta menjelaskan mengapa cabang beladiri yang saya ketuai berhasil meraih semua itu.

Apa rahasianya? Sama sekali bukan bermaksud berbangga diri berlebihan, apalagi ini hanya berlevel daerah.  Saya hanya ingin berbagi kepada para sahabat kompasianer di sini. Siapa tahu ada manfaatnya. 

Apa yang saya jelaskan pada intinya sama dengan yang saya paparkan di forum jumpa pers itu, hanya sedikit lebih detail.

Mendorong Atlet Berprestasi, Bagaimana Caranya? 

Pertanyaan pokoknya adalah bagaimana mendorong terlahirnya atlet berprestasi (bahkan bisa lebih luas lagi, orang berprestasi dalam hal apapun)? Menurut saya, ada 4 (empat) faktor utama sebagai faktor pengungkit (leverage) yang menentukan.

Pertama, sinergitas. Kekompakan pengurus, pelatih, atlet adalah faktor kunci utama. Termasuk sinergitas dengan lembaga eksternal seperti pemerintah daerah, KONI, dan lainnya. Sinergitas yang dibangun dengan baik akan mengantarkan pada  pencapaian maksimum.

Pengurus, misalnya, hendaknya rukun, senantiasa berpikir dan bergerak bersama mencapai tujuan oragnisasi. Pengurus mesti punya jiwa pengabdian yang tulus dan kompak. Jika para pengurus bisa tampil solid dan tidak ada persoalan krusial di dalam, niscaya yang lainnya relatif menjadi lebih mudah ditangani. Pelatih yang biasanya juga adalah bagian dari personalia kepengurusan sudah tak akan ada banyak masalah. Para atlet yang termotivasi oleh greget dan kekompakan pengurus, akan berjuang maksimal di lapangan.

Kedua, berlatih tanpa henti. Kunci utama keberhasilan para atlet untuk menjadi atlet yang andal dan berprestasi adalah latihan, latihan, dan latihan. Semakin rajin atlet berlatih, semakin suntuk ia bertekun menggembleng diri secara konsisten dan kontinyu, maka prestasi demi prestasi akan mampu diraih. Hasil tak pernah mengkhianati usaha, bukan?

Para pejuang di dunia olahraga dan di kehidupan pada umumnya memiliki kebiasaan hidup positif dengan selalu bergiat berlatih. Dengan berlatih, kemampuan mereka akan terus meningkat, ketajaman feeling akan meningkat, teknik dan strategi akan membaik, kematangan dan kemantapan fisik dan mental pun akan terbentuk.

Untuk menjadi juara sejati, tak ada pilihan selain berlatih secara berkesinambungan. Tak ada yang intant. Kendati pun berat dalam melakoninya, tetapi itu harus dilakukan. Waktu, tenaga, pikiran, biaya, harus disediakan dengan totalitas. Berbagai hambatan dan kesulitan yang datang dari dalam diri dan dari luar, harus dihadapi.

Ketiga, perbanyak mengikuti event. Diminta berlatih dan berlatih saja, tanpa pernah diujicobakan di dalam suatu event, orang akan merasa bosan.  Para (calon) atlet tentu ingin menguji sampai dimana tingkat kemampuan yang sudah dicapai. Mereka ingin unjuk prestasi. Oleh karena itu, event-event olah raga seyogianya diperbanyak untuk diikuti.

Semakin banyak keikutsertaan dalam  event olahraga di berbagai tingkatan -- kabupaten, provinsi, bahkan nasional, semakin terasah kemampuan para atlet. Peluang dan pengalaman mengikuti berbagai event olahraga, mendorong para atlet semakin giat berlatih. 

Mereka menjadi tahu di mana letak kelemahan dan kekurangan mereka sehingga segera bisa diperbaiki. Juga, di bagian mana letak keunggulan mereka sehingga bagian ini bisa lebih dipertajam. 

Dengan dibantu para pelatih yang mumpuni, para atlet akan menemukan kelebihan dan kekurangannya serta bagaimana menyiasati semua itu.

Keempat, perkuat mentalitas juara. Aspek motivasi tak bisa diabaikan. Baik motivasi internal maupun motivasi eksternal. Para atlet mendambakan motivasi dari para pengurus dan para pelatih mereka, di samping mereka wajib memotivasi diri sendiri. Bahkan untuk event yang lebih tinggi, secara khusus dihadirkan motivator eksternal dari para profesional seperti psikolog, misalnya.

Salah satu aspek psikologis yang menentukan dalam dunia keolahragaan adalah mentalitas juara. Para pengurus, terutama pelatih, harus menanamkan ini. 

Bahwa mereka --para atlet, mampu berprestasi. Bahwa mereka adalah orang-orang terpilih, orang-orang hebat yang siap menunjukkan kehebatannya.  Dan, bahwa mereka semua layak menjadi juara!

Penguatan Motivasi Menjelang Event

Saya, pengurus lain, dan terutama para pelatih, ketika menyongsong event apapun, senantiasa menguatkan mentalitas juara para atlet. Teknik self-talk (afirmasi) yang saya pernah saya kemukakan pada artikel sebelumnya merupakan salah satunya.

Di samping itu, ada pula teknik visualisasi yang bisa dipelajari dari buku-buku. Teknik yang disebutkan terakhir lebih pada bagaimana dia, para atlet itu, membayangkan dirinya tengah bertanding dan berhasil memperoleh point dan menjadi pemenang. 

Jika ia pesepakbola, dia bisa membayangkan tengah menghujamkan goal ke gawang lawan. Jika dia pemain basket, ia bisa membayangkan tengah memasukkan bola ke keranjang lawan mainnya dengan mudah. Jika ia beladiri, dia bisa membayangkan "gyaku geri"-nya tepat mengenai "do" -- pelindung, yang melekat di dada lawan dan berbunyi plaakk.

Kemajuan dunia keolahragaan, terbentuknya atlet-atlet berprestasi di berbagai tingkatan, sangat ditentukan oleh keempat faktor itu. Di dalamnya ada sinergitas seluruh stakeholder,  kontinuitas latihan, keikutsertaan dalam banyak event, dan penguatan mentalitas juara.

Olahraga yang stagnan, bahkan mundur, banyak disebabkan karena kekisruhan antarpengurus, kelangkaan event di berbagai level, program kepelatihan yang jarang, tak kontinyu dan tak terurus, serta mentalitas pecundang alih-alih mentalitas  sang juara.

( I Ketut Suweca, Manis Galungan, 20 Februari 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun