Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Melawan Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan

31 Januari 2020   18:53 Diperbarui: 29 Maret 2020   04:06 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/486107353508265573/

Kebiasaan menunda-nunda menangani suatu tugas atau pekerjaan sudah menjadi keluhan umum. Banyak orang sudah terbiasa melakukan hal ini.  Banyak pula orang yang merasa kecewa terhadap perilaku orang-orang seperti ini.  Pekerjaan yang bisa diselesaikan hari ini, baru diselesaikan  beberapa lama kemudian, bahkan mungkin tak diselesaikan pada akhirnya.

Banyak dalih yang disampaikan mengapa penundaan demi penundaan itu dilakukan. Karena sibuklah, karena sakitlah, mengurus keluargalah, karena ada tugas lainlah, dan masih seabreg lagi argumen yang menjadi alasan pembenar kebiasaan menunda itu.

Syukur-syukur kalau alasan itu benar adanya. Dalam banyak kasus, alasan tersebut hanya dalih yang mengada-ngada. Alasan tersebut disampaikan melulu untuk pembelaan diri ketika ada orang menanyakan mengapa suatu tugas tidak diselesaikan tepat waktu. Alasan  yang dibuat-buat bertentangan dengan kata hati si empunya, di samping membohongi orang lain.

Menemukan Penyebabnya

Jika ditilik lebih jauh, setidaknya ada 4 (empat) penyebab mengapa orang suka menunda-nunda mengerjakan suatu pekerjaan. Berikut penulis sampaikan keempat penyebab itu. Penyebab yang satu bisa berdiri sendiri, bisa pula berkaitan satu sama lainnya.

Pertama, tidak memiliki skala prioritas. Karena waktu terbatas adanya, mau tak mau, skala prioritas seyogianya diterapkan. Dengan demikian akan menjadi jelas,  daftar kegiatan yang akan dilakukan, secara berurutan. Mana yang dikerjakan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

Orang yang tidak memiliki skala prioritas cenderung mengerjakan pekerjaan berdasarkan mood saja. Ia bekerja berdasarkan suasana hati sesaat. Mana yang menurutnya menarik atau menyenangkan, itulah yang dikerjakan. Demikian seterusnya, sehingga ada pekerjaan menjadi sama sekali tak tersentuh lantaran tidak menyenangkan dan tidak menarik untuk dikerjakan walaupun sejatinya harus ditangani.

Kedua, pekerjaan yang ditunda itu sulit. Kesulitan pekerjaan kadangkala menjadi penyebab mengapa orang menunda-nunda mengerjakannya. Kesulitan itu dibayangkan sebagai sesuatu yang memberatkan sekali, sesuatu yang menekan! Di awal, orang semacam ini sudah berpikir, betapa berat pekerjaan dimaksud. Padahal, kalau sudah dikerjakan belum tentu pekerjaan itu seberat dan sepelik yang dibayangkan. Suatu pekerjaan seringkali menjadi terasa berat jika tidak langsung dikerjakan. Semakin dipikirkan, semakin berat! Semakin ditunda, semakin membebani pikiran!

Dalam banyak kasus, suatu tugas ternyata menjadi jauh lebih mudah ketika dikerjakan daripada melulu dipikirkan. Hanya memikirkan pekerjaan secara berlarut-larut dipastikan akan menambah beban pasikologis.

Akan menjadi berbeda jika pekerjaan itu langsung diambil, ditangani. Kendati pun terdapat masalah di dalamnya, maka akan segera bisa dipilah satu demi satu sehingga lebih terurai dan jelas duduk persoalannya. Solusinya pun menjadi jauh lebih mudah. Sebaliknya, jika dibiarkan berlama-lama, maka masalah itu bisa memusingkan seperti gulungan angin puting beliung yang awalnya kecil kemudian menjadi dahsyat dan menghancurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun