Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/518406607108752518/
Penulis pernah melihat seorang remaja yang sering mengunggah kekesalannya melalui media sosial. Â Misalnya, ketika ia sedang marah kepada sang pacar, kemarahannya diumbar ke media sosial. Ketika ia kesal kepada orang lain yang dianggap iri kepadanya, ia pamer keberhasilan sambil menyindir orang itu sambil dibumbui dengan kata-kata yang sedikit menantang.
Perilaku bermedia sosial seperti ini, menurut saya, sepatutnya dihindari. Tidak elok mengumbar kemarahan, kebencian, atau rasa sakit hati melalui media sosial. Itu sama saja dengan meludah ke atas, terkena muka sendiri. Dengan begitu, pembaca dapat menilai kita negatif melalui ungkapan-ungkapan yang  kita unggah.
Jadi, jika hendak mengunggah atau men-sharing konten apapun di media sosial, seyogianya lebih berhati-hati. Bukan dimaksudkan membatasi secara ruang berekspresi, melainkan mengingatkan bahwa ada etika atau tata krama yang sepatutnya dipegang erat. Lebih dari itu, secara hukum, ada pula sejumlah larangan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Cek Kebenaran InformasiÂ
Tentang bermedia sosial secara bijak -- yang sehat, beretika dan aman, ada baiknya diperhatikan hal-hal yang menyangkut kebenaran dan kebermanfaatan unggahan.
Pertama, tentang kebenaran informasi. Segala sesuatu yang kita unggah hendaknya sesuatu  yang benar. Pastikanlah itu. Hindari mengunggah informasi yang belum tentu kebenarannya alias hoax. Jika menemukan atau menerima sebuah informasi di media sosial, jangan serta-merta memercayainya tanpa reserve dengan menganggap apa yang disampaikan itu benar adanya.  Kini banyak cara yang dipakai orang yang tak bertanggung jawab untuk mengelabui orang lain melalui media sosial.  Bukan hanya informasi tertulis, gambar atau foto pun sangat mungkin direkayasa.
Untuk meyakini informasi yang diterima itu benar adanya, sebaiknya sandingkan dengan informasi yang sejenis dari aplikasi atau situs resmi. Lihat beberapa situs yang ada. Dengan begitu, barulah bisa diyakinkan apakah berita yang sedang dikonsumsi itu benar atau tidak.
Pertimbangkan Kebermanfaatannya
Selanjutnya, perlu dipertimbangkan kebermanfaatan informasi tersebut. Kalau informasi itu bermanfaat untuk diri sendiri dan diperkirakan berguna juga bagi orang lain, tak masalah jika dibagikan. Kalau sama sekali tak bermanfaat, untuk apa membagikannya?
Penulis beberapa kali mendapatkan sharing sejumlah kata-kata mutiara dari para sahabat. Jika itu untuk membantu memperkuat semangat dan menginspirasi, penulis akan membagikannya. Di samping kata-kata mutiara, penulis terkadang menerima video pendek dari banyak teman. Banyak video yang sengaja dibagikan untuk tujuan memperkuat semangat menjalani hidup dan mengatasi setiap tantangan. Tentu video semacam ini pantas dibagikan. Asal selalu ingat, sebelum membagikan, dipertimbangkan dulu dengan baik kebermanfaatannya.