Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Anda Malas Belajar di Rumah? Ini Solusinya!

26 Maret 2019   17:19 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:58 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para orangtua acapkali mengeluh bahwa putra-puti mereka tidak mau alias malas belajar. Berbagai upaya sudah dicoba, tapi tak juga berhasil. Karena sudah diusahakan beberapa kali tapi tak kunjung dituruti, akhirnya sebagian orangtua jadi pasrah saja. Membiarkan si anak sekehendak hatinya. "Mau belajar atau tidak, biarkan saja. Toh mereka nantinya sadar sendiri," kurang-lebih seperti itu keluhan berputus asa. Akan tetapi, sebagai orangtua, seyogianya tidak boleh berputus asa dengan membiarkan anak-anak bermalas-malasan. Apalagi dibiarkan larut bermain game di gadget, misalnya. 

Foto Baliho yang Luar Biasa

Terkait ini, penulis menemukan sebuah foto dengan sedikit keterangan di koran cetak Kompas edisi Senin, 25 Maret 2019. Foto itu dimuat di halaman 8 harian tersebut. Di atas foto tertera judul : Jam Belajar. Sepintas, foto itu sama sekali tak menarik perhatian bagi pembaca yang hanya membaca sekilas. Beruntung, penulis memperhatikan dengan seksama gambar foto lengkap dengan  keterangan di bawahnya. Foto yang berobjek sebuah baliho itu bertuliskan : Jam Wajib Belajar 18.00 -21.00 WIB. Diharapkan : Matikan Televisi, Tidak bermain HP, Temani Anak-anak Belajar.

Luar biasa pesannya. Baliho itu dipasang di Dusun Slokopan, Desa Sokorini, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Saya tersentak melihat dan membaca foto dengan keterangannya itu. Sebuah gagasan luar biasa menarik dan inspiratif dari sebuah dusun yang tak begitu dikenal, Slokopan. Muatan isi pesan dari baliho yang tampak seperti pengumuman itulah yang sangat istimewa!

Peraturan Belajar di Rumah

Membaca pesan di foto baliho tersebut, saya teringat dulu awal tahun 2002-an, ketika anak-anak saya masih kecil, tepatnya semasih SD. Ketika itu, kami menerapkan 'peraturan' yang hampir sama dengan yang diperlihatkan di koran Kompas. Setiap hari, selain malam Minggu, saya dan istri sepakat mewajibkan anak-anak mematuhi jam belajar. Isinya : pukul 19.00 -20.30 adalah waktunya belajar. Pada waktu yang ditetapkan itu, anak-anak sudah harus mulai belajar di meja belajar di kamar masing-masing. Tak ada toleransi untuk hal ini. Entah mereka membuat PR, membaca pelajaran yang sudah lewat, atau mempelajari pelajaran esok, tak masalah. Yang penting mereka belajar pada jam tersebut, kurang-lebih 1,5 jam lamanya.

Pada awalnya memang sedikit dipaksakan. Harus diingatkan dan diingatkan lagi. Tak banyak kendala ditemui. Sampai pada akhirnya mereka terbiasa belajar pada jam-jama tersebut tanpa harus diingatkan lagi. Apa yang terjadi kemudian? Bahkan anak-anak jadi kecanduan belajar, sulit di-stop! Mereka belajar/membaca tak hanya sampai pukul 20.30, bahkan seringkali lewat.

Tugas kami sebagai orangtua hanya sesekali memastikan bahwa mereka benar-benar belajar, terutama pada awal-awalnya. Tugas kami berikutnya adalah tidak menghidupkan televisi dan/atau radio saat anak-anak sedang belajar di kamar, karena hal ini akan dapat mengganggu konsentrasi si anak. Kami berkomitmen melakukan itu, bahkan memanfaatkan waktu yang sama untuk membaca buku dan bacaan lainnya. Kami percaya, contoh yang baik akan lebih 'nyaring bunyi'-nya daripada sekadar kata-kata. Begitulah, si anak yang kini sudah dewasa dan kuliah di rantau sudah terlatih mengatur rithme belajarnya sendiri.

Kembali kepada foto dan pesan  baliho tadi. Jika baliho semacam ini dipasang juga di dusun/desa di seluruh pelosok negeri, niscaya akan berdampak positif. Anak-anak yang melihat baliho semacam ini boleh jadi akan tergerak hati untuk belajar. Demikian pula para orangtua diingatkan untuk menuntun putra-putri mereka menuju meja belajar dan mulai belajar. Akankah kita mencoba belajar dari Dusun Slokopan?

(I Ketut Suweca, 26 Maret 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun