Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lima Alasan untuk Tidak Menulis

4 Agustus 2011   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:06 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menulis atau mengarang bagi sebagian orang merupakan pekerjaan yang pantas dihindari. Mengapa? Ada beragam dalih yang jitu untuk tidak menulis. Mari kita lihat lima di antara sejumlah dalih yang acap kita dengar. Inilah dia.

1.Takut dicemooh. Ada orang yang ingin memiliki kemampuan sempurna terlebih dahulu, baru bersedia menuliskan ide-idenya. Ia harus pintar dulu, baru menulis. Ia ingin agar pembaca yang menyimak tulisannya tidak mencemooh, bahkan sebaliknya, terkagum-kagum terhadap kualitas tulisan yang ditampilkan. Padahal, kesempuranaan itu bukan milik kita umat manusia. Lalu, kapan kesempurnaan itu ada untuk berani menulis? Oleh karena itu, mari menulis saja, jangan tunggu menjadi manusia pintar dan sempurna terlebih dahulu.

2.Takut ditolak. Ketakutan tulisan ditolak sama saja dengan orang yang kalah sebelum berperang. Pejuang sejati harus berani maju ke medan perang dan mengupayakan penyerangan dan pembelaan diri. Begitu pula kalau takut ditolak tulisannya, ya, susah mau jadi penulis beneran. Penolakan redaksi sebuah koran atau majalah, bagi para penulis sudah menjadi hal biasa. Jadi, jangan takut tulisan kita ditolak. Tulis saja, kirim saja.

3.Tidak punya ide. Ini alasan klasik. Ada banyak orang yang kesulitan menemukan ide untuk ditulis. Solusinya adalah : rajin membaca, cermat mendengar, aktif berdiskusi, dan aktif mencatat. Keempat hal itu akan sangat membantu kita mendapatkan ide-ide cemerlang dan merangsang inspirasi datang.

4.Tidak ada waktu. Ini juga alasan klasik. Salah satu dalih yang paling jitu untuk tidak menulis adalah dengan mengatakan tidak punya waktu. ‘Saya sibuk sekali’ mungkin begitu alasan yang diberikan. Untuk mengatasi hal ini, kiranya perlu kebijakan dalam mengelola waktu.

5.Tidak tahu bagaimana menuliskan ide. Nah, kalau ini persoalan teknis semata. Ada cukup banyak ide, tapi tak sanggup menuliskan dan memulainya dari mana. Untuk mengatasinya tentu yang bersangkutan harus belajar teknik menulis. Permasalahan semacam ini bisa diatasi dengan penyusunan kerangka karangan atau outline. Berdasarkan outline itulah, tulisan dikembangkan secara sistematis.

Kalau seseorang mempunyai komitmen untuk menulis atau menjadi penulis, maka segala rintangan akan dihadapi dengan gagah berani. Maju terus, serang terus. Andakah itu orangnya?

( I Ketut Suweca , 4 Agustus 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun