Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penulis dengan “Metal Detector”

30 Juli 2011   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai penulis, ada dua hal utama yang seyogianya kita syukuri. Rasa syukur itu patut dilakukan, karena tanpa dua hal itu kita tak akan dapat menyandang predikat penulis, baik penulis pemula maupun penulis senior. Apakah dua hal yang patut kita syukuri itu?

Pertama, karunia ide-ide. Setiap insan dikaruniai ide/gagasan oleh Tuhan yang bermanfaat bagi kemajuan hidupnya. Beragam ide masuk ke ruang pikiran setiap hari. Setiap orang menanggapi kehadiran sang ide secara beragam. Ada yang menangkap, mempertimbangkan dan mewujudkannya menjadi nyata, dan lebih banyak lagi yang membiarkan ide-ide itu hadir dan berlalu begitu saja.

Salah satu cara penulis untuk dapat menyambut kehadiran ide dan mengundangnya datangadalah dengan kepekaan rasa. Dengan perasaan yang dimilikinya, penulis bisa ‘mendengar’ denyut kehidupan di sekitarnya dan menangkapnya ke dalam batin. Kepekaan rasa itu membantu mempertajam pengamatan dan perhatian penulis terhadap lingkungannya. Dengan kepekaan itu pula, penulis mampu menangkap apa yang pada umumnya terlewatkan oleh orang lain. Bagai metal detector, kepekaan rasa sang penulis dapat mendeteksi setiap getar kejadian di sekelilingnya, meresapkannya ke dalam batin, dan mengekspresikannya ke dalam bentuk tulisan pada suatu saat kelak.

Bukan hanya kepekaan rasa yang bermain, bahkan juga ketajaman pikiran. Dengan pikiran, penulis mengamati berbagai fenomena atau peristiwa di sekitar.Dengan pikiran pula muncul pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu peristiwa atau fenomena itu terjadi. Kedua pertanyaan itu membawa pikiran pada penggalian yang dalam dan penalaran yang suntuk terhadap berbagai gejala/peristiwa. Dari situ akan ditemukan jawaban sebagai refleksi atas peristiwa yang terjadi di luar diri.

Kedua, karunia kemampuan menuliskan ide. Tidak semua orang memiliki kemampuan mengekspresikan pemikirannya melalui bahasa tulis yang baik. Kemampuan itu berhasil diraih melaluiupaya keras dan panjang. Banyak sekali kalangan terpelajar yang lupa mengasah kemampuannya di bidang ini. Tatkala dituntut untuk mengekspresikan pemikiran melalui bahasa tulis, mereka lantas mengalami kesulitan yang tiada terkira.

Oleh karena itu, jangan pernah memandang enteng ide-ide itu dan kemampuan kita untuk menuliskannya. Seyogianya kita mensyukuri semua itu dan memanfaatkannya untuk sebuah visi mulia: ikut mencerdaskan bangsa. Semoga.

( I Ketut Suweca, 30 Juli 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun