Â
     Pada 7 Oktober 2023, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu resmi menyatakan deklarasi perang terhadap Palestina. Deklarasi itu tak pelak membuat gempar seluruh dunia khususnya negara besar yang terbagi menjadi dua kelompok pendukung. Deklarasi atas konflik panjang berpuluh-puluh tahun yang lalu, kembali pecah di tahun 2023. Konflik yang terbentuk karena adanya perebutan tanah Palestina. Harus diakui bahwa Turki Usmani sudah lama menguasai tanah palestina, karena wilayah ini dan Timur Tengah pada umumnya berada dibawah kekuasaan mereka setidaknya selama tiga abad. Palestina baru diserahkan dari Turki Usmani kepada Imperialisme inggris pada tahun 1917, menyusul kekalahan Turki Usmani dalam perang tersebut. Seolah-olah Palestina baru saja berubah dari Arab-Muslim menjadi Yahudi setelah mereka mendeklarasikan Israel sebagai negara merdeka pada 15 Mei 1948 (Palestina dan Israel: Sejarah, konflik, dan Masa depan, 2015: 398).
      Terpecahnya beberapa negara untuk menjadi kelompok pendukung baik Israel maupun palestina, ternyata memberikan dampak yang lebih besar lagi. Kondlik yang awalnya hanya terkait dua negara, melebar menjadi fokus utama dunia hingga diangkat pada sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, dampaknya sangat dirasakan di beberapa aspek salah satunya adalah ekonomi.  Perekonomian dunia tanpa disadari berguncang cukup besar. Hal tersebut dirasakan pada berbagai sektor. Pada sektor industri, terjadi kenaikan bahan baku. Sektor ekspor-impor juga terkena imbas atas dukungan diplomatik negara kepada Israel-Palestina. Pecahnya konflik kedua negara memberikan ketidakpastian terhadap perekonomian dunia.
Dampaknya terhadap Ekonomi secara Global
     Belum pulih dari Covid-19, perekonomian dunia harus dihadapi dengan perseteruan panas antara Rusia-Ukraina. Perseteruan yang memanas di tahun 2023 tersebut ternyata memiliki dampak yang cukup besar bagi negara-negara Adidaya seperti Amerika Serikat hingga membuat perekonomian dunia berguncang cukup keras. Ditambah dengan konflik yang baru-baru ini terjadi, konflik akan meningkatkan tantangan ekonomi yang ada dan sudah signifikan.Â
Lonjakan Harga Minyak
     Konflik Israel-Palestina memiliki andil yang cukup terhadap kondisi Timur Tengah. Secara umum diketahui bahwa Timur Tengah memiliki pasokan minyak yang banyak. Adanya konflik yang melibatkan negara Timur Tengah dikhawatirkan akan menurunkan  pasokan minyak dari wilayah yang memiliki sumber minyak. Harga minyak naik setelah Israel mengatakan militernya akan memperluas operasi daratnya. Namun, harga minyak kembali turun setelah investor bertemu untuk membahas kebijakan moneter Federal Reserve. IMF telah melakukan penelitian mengenai dampak kenaikan harga minyak dunia dimana kenaikan harga minyak sebesar 10% akan membebani perekonomian global, mengurangi produksi sebesar 0,15% dan meningkatkan inflasi sebesar 0,4% pada tahun depan. Meskipun, saat terjadi konflik Rusia-Ukraina juga berdampak pada harga minyak, namun dampak yang mungkin terjadi di Timur Tengah memiliki krisis yang lebih serius.
Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi
     Bank Indonesia (BI) mengungkapkan konflik Timur Tengah antara Palestina dan Israel kembali meningkat dan mulai berdampak pada situasi global. Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan kenaikan laju inflasi global akan mendorong negara-negara maju
menaikkan suku bunga oleh bank sentral masing-masing untuk mengendalikan inflasi. The Fed juga menyatakan akan mendorong suku bunga global tetap tinggi. Jadi ini memerlukan pendanaan politik dan keamanan dan pada akhirnya mendorong suku bunga
yang lebih tinggi di Amerika Serikat. Dampaknya, perkembangan tersebut telah mendorong pembalikan aliran modal dari negara emerging market (EME) ke negara maju dan menuju aset yang lebih likuid, sehingga dolar AS terapresiasi tajam terhadap berbagai mata uang global.
Pengaruhnya pada Indonesia
     Melihat alinea 4 dari pembukaan Undang-Undang Dasat 1945, masyarakat Indonesia mengecam negara yang masih dengan gencar melakukan penjajahan. Hal yang sama terjadi kepada baik Israel maupun negara pendukung Israel. Keberpihakan Indonesia atas Palestina pada dasarnya sudah ada sejak lama. Bahkan bentuk dukungan yang diberikan juga tidak sedikit. Sehingga, ketika deklarasi perang dinyatakan, banyak respon negatif yang dituai dari masyarakat Indonesia. Respon negatif tersebut nantinya berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia.     Â
Nilai Tukar Rupiah Melemah
     Konflik antara Palestina dan Israel menjadi salah satu faktor yang membantu penguatan dolar AS. Konflik ini rupanya mendorong sebagian investor beralih ke aset yang lebih aman, seperti dolar AS. Penguatan devisa tentu akan melemahkan nilai tukar rupee. Akibatnya, harga barang-barang impor meningkat sehingga menyebabkan harga berbagai barang kebutuhan pokok di dalam negeri meroket. Boikot Produk Pendukung Israel Masyarakat Indonesia yang mayoritas pro-Palestina menyerukan boikot terhadap
Israel dan produk-produk yang mendukungnya. Jika boikot dilakukan secara serentak dan dalam skala besar, bisa menurunkan nilai jual produk tersebut. Jika boikot besar-besaran ini dilakukan secara konsisten dan terus menerus, maka tidak akan sulit bagi bisnis pro-Israel untuk tutup dan keluar dari Indonesia. Memboikot produk pendukung Israel dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan produk lokal. Hal ini dapat meningkatkan popularitas produk lokal sehingga memperkuat industri dalam negeri.
Meningkatnya Pengangguran
     Produk lokal memang memiliki chance besar meningkat, namun dampak lain juga bisa saja terjadi, seperti meningkatnya angka pengangguran karena akan ada sebagian pekerja yang kehilangan pekerjaan. Konflik perang memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian dunia. Dampak ini dapat sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk skala perang, durasi konflik, wilayah geografis yang terlibat, dan sejumlah faktor lainnya. Melalui konflik yang terjadi pada Israel dan Palestina, dapat diketahui beberapa dampak seperti meroketnya harga minyak, suku bunga, inflasi, dan dampak lain yang cukup signifikan. Adapun Indonesia tidak luput dari pengaruh konflik tersebut. Sebagai negara yang sering bersinggungan langsung dengan Palestina, Indonesia pelak menjadi salah satu negara dengan pengaruh yang cukup besar. Termasuk adanya boikot terhadap produk pro-Israel yang akhir-akhir ini sangat ramai diperbincangkan.Â
DAFTAR PUSTAKA