Mohon tunggu...
Eko Supriyanto
Eko Supriyanto Mohon Tunggu... lainnya -

Itu semua hanya bagaimana cara kita memandang-nya. tulisan ini hanya sebatas yang ada pemikiran saya sebagai orang awam. eckolution.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mungkinkah Ia Pura-Pura Bisu Hanya Demi Rupiah!?

27 Desember 2011   19:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saya dan teman-teman dikejutkan oleh kehadiran seseorang, saat itu kami sedang berbincang-bincang ringan disela waktu menunggu jam pulang kerja tadi sore. Ia terlihat tergesa-gesa sekali masuk ke ruangan kerja kami tanpa mengucapkan sepatah katapun apalgi salam, bahkan ia tidak sempat lagi untuk melepaskan alas kaki. Padahal kami semua harus melepas alas kaki ketika ingin memasuki ruangan, maklum memang begitu aturannya.

Kemunculan “orang asing” itu, kontan saja membuat kami berlima bertanya-tanya dan menatapnya dengan penuh rasa curiga, siapa gerangan orang itu? Kami kira ia adalah salah seorang tamu yang sedang berkunjung. Dari penampilan ia terlihat necis dengan menggunakan kemeja berwarna krem bergaris hitam kotak-kotak. Rambutnya ikal bergelombang dengan kacamata minus yang menempel dihidung mancungnya.

“ada apa mas? Apa ada yang bisa di bantu?” tanya salah satu teman saya.

Bukannya menjawab pertanyaan, ia malah menyodorkan sebuah amplop berwarna cokelat kepada teman saya itu.

“apa-an nih mas?” teman saya kembali bertanya, sembari membuka amplop dan membaca tulisan yang ada di dalamnya. Saya pun jadi semakin tambah penasaran dengan maksud kedatangan“orang asing” itu. Akhirnya saya pun ikut melontarkan pertanyaan untuk mengetahui maksud dari kedatangannya.

Dari suara yang meluncur dari mulutnya, saya dan teman-teman semua akhirnya sadar bahwa orang asing itu ternyata seorang yang bisu. Tetapi saya sendiri masih penasaran dengan maksud kedatangannya, karena dari pengamatan saya sejak awal sepertinya ada sesuatu hal penting yang ingin disampaikan.

Lalu teman saya menyodorkan selembaran yang telah dibacanya dan meminta saya untuk membacanya juga. Dengan penuh rasa penasaran saya pun membaca isi selembaran tersebut, dan akhirnya saya dan teman-teman pun paham maksud dari kedatangan “orang asing” itu, intinya ia meminta SUMBANGAN untuk keberlangsungan hidupnya.

Setelah beberapa saat menunggu tanggapan dari teman-teman, ternyata mereka terlihat bersikap “acuh tak acuh”. Akhirnya saya pun berinisiatif meminta kepada seorang teman yang kebetulan sebagai “orang keuangan” di tempat kerja kami untuk mengeluarkan uang lima ribu rupiah untuk diberikan kepada orang asing tersebut.

Tanpa panjang lebar, saya sendiri yang berkesempatan memberikan uang tersebut dan meminta maaf bahwa saya hanya mampu memberikan bantuan sekedarnya. Akan tetapi “timbal balik” yang saya terima sedikit mengejutkan, ia mencibir dengan memperlihatkan ekspresi wajah yang sepertinya “tidak terima” dan seperti mengejek jumlah nominal yang telah saya berikan.

Kurang puas dengan hasil yang didapatkan, ia pun menghampiri kami satu per-satu untuk “bersedia” memberikan uang sumbangan tambahan. “gelagat-nya” itu yang menimbulkan opini dan membuat saya berasumsi negatif terhadap dirinya.

“Jangan-jangan ia hanya seorang pemalas yang pura-pura bisu agar orang-orang merasa iba dan  dijadikannya sebagai”mata pencarian”. Sebab jika dilihat-lihat ia masih terlihat muda dan sehat, masih mampu untuk bekerja meskipun hanya sebagai “buruh lepas”.

Setelah orang asing itu pergi berlalu, kami pun saling berpendapat dan berasumsi. Ternyata apa yang ada dipikiran saya itu senada dengan apa yang ada dipikiran teman-teman.

“jangan-jangan, ia bisu hanya pura-pura saja.” Semoga asumsi saya dan teman-teman salah. Jika benar demikan, lalu apa yang mendorongnya melakukan hal itu? Malas kah? Atau mungkin karena ia telah frustasi disebabkan karena sulitnya mencari pekerjaan. Entahlah, Hanya diri-nya dan Tuhan lah yang tahu.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun