Di persimpangan waktu sempat kita sua
Semacam dejavu lalu, kita bertatap kenang
Matamu, yang pernah kulihat bersinar teduh
Bibirmu, yang pernah bercakap.dan
Tanganmu , yang pernah membelai
Pernah merupa sebilah belati tajam berkilat
Kita sama terkesiap, sama mencabik luka
Hembusan angin lalu menjadi kini
Adalah belaian tikaman-tikaman
Yang tak lagi meneteskan air mata atau luka
Ia menjadi semesta yang benderang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!