Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terusir Dam-Diam

20 Oktober 2022   12:17 Diperbarui: 20 Oktober 2022   12:18 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

gegap gempita semalam
seakan-akan seperti cahaya yang tak bakal hilang
gelas-gelas kegembiraan terisi penuh
merasuk sampai kaki ikut menari
gelak tawa saling lempar senyum senada senandung
alangkah panggung megah sebegitu gebyar
membuat mata menjadi penyaksi tak ada sangsi
bila ketentraman itu ada dan sungguh ada
bagi beberapa, bagi mereka yang duduk sejajar diatas panggung

di sisi sebelah yang tak jauh
rumah - rumah diasapi dengan kerasnya tekanan hidup
laki perempuan pergi jauh dari ruang keluarga
anak-anak berjalan sendiri hadapi hari yang nyalang memangsanya
suami istri kehilangan arah
tetangga hilang satu persatu
dan sebelah situ kesepian merajalela
tanpa suara mereka terusir diam-diam

orang-orang sebelah situ
tak butuh dentuman nada buaian
tak butuh panggung ajang keindahan sebagai penyaksi
tak butuh meriahnya hari dalam semalam
tak butuh kilau cahaya yang mati dalam sehari
tak butuh rencana-rencana untuk tabah ewati hari

orang-orang sebelah situ
butuh sawah untuk dibajak
butuh nasi untuk ditanak
butuh asi mengalir untuk direguk
butuh uang untuk beli obat
butuh hati yang simpati untuk mengenal cinta
butuh tangan untuk menjejak kenyataan
butuh kepastian keamanan untuk mendulang emas ditanah sendiri
bukan hujan batu
yang menghantam kepala dan jiwa
terus menerus
hingga berani menggadaikan masa depan anak-anak
dengan pergi dari tanah sendiri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun