Mohon tunggu...
Ecik Wijaya
Ecik Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Seperti sehelai daun yang memilih rebah dengan rela

Pecinta puisi, penggiat hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

"Sepagi Itu Ibu Mencuriku"

23 April 2022   08:33 Diperbarui: 23 April 2022   08:35 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepagi itu ibu mencuriku
Membawaku berkelana menemu cahaya
Saat ayam baru berkokok pertama kali
Aku sudah begitu lelap sangat
Kala pagi begitu terang benderang
Mata bapakku  yang lama tak sua meredup gelap
Seakan gulita semesta dalam raungannya
Sepagi itu ibu mencuriku

Lalu kabar berita sehari penuh ada dimana-mana
Tetes air mata iba membanjir tiap kata
Sumpah serapah, caci maki dan doa berkumpul
Akulah penyaksi segala
Saat ibu menikam  dengan mata maut
Nyaris  sepi dan sunyi tanpa suara
Kecuali isaknya yang mengiring dalam tawa
Entah atas nama apa, aku tak tahu
Tapi , sepagi itu ibu mencuriku

Dari sini, aku ingin menghambur dalam pelukan ibu dan bapak
Tapi nyeri yang sempat kurasa menjadi tembok kaca
Menghalang aku menyentuh ibu dan bapakku
Aku terdiam tergugu mencoba mengerti
Tapi tak ada yang kupahami
Kecuali semalam ibu masih bersenandung untukku sebelum lelap
Dan kegelapan yang luka membekapku
Ah ibu, mengapa mencuriku sepagi ini

Belum beranjak siang, aku tenggelam dalam cahaya yang hangat 

Aku pulang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun