sudah beribu jam dadaku mengandung perih
kantong-kantong airmata yang sarat tumpah
meski terus menganak sungai dipipi
tetap saja muaranya adalah ketakberdayaan diri
sudah beribu jam dadaku semacam dihimpit batu
getar-getar dukacita yang terus saja bertambah besar
kuasaku hanya selarik doa setiap dadaku tertimpa kabar
sekali lagi, muaranya adalah ketakberdayaanku sendiri
sudah beribu jam hatiku mencari-cari
dimana letak kekejaman itu tersemat
dimana letak kasih itu bersemayam
tapi tak kutemu pada wajah yang kejam, pada tangan yang beringas, pada hati yang tak lagi manusia
sudah beribu jam terhitung,berulang
aku berputar sendiri tanpa bisa menautkan tangan apalagi hati
untuk sama menjadi penyaksi yang mengutuk hilangnya kemanusiaan
hanya rutukan dan doa yang terus menggema didadaku seorangÂ
Tiba-tiba dada terasa lebih mati lagi, sendiri
#stop kekerasan pada perempuan dan anak
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI