Wacama katamu
Wacana, kata mereka
Wacana, kata kalian
Beratus wacana di ketok palu tepat disaat kami lelah berteriak
Berkali khianat saat kami melepas lelah
Ingin seduh kopi sore dengan sebatang lisong
Tapi beranda negeri penuh dengan perkara yang absurd
Siapa yang mencipta para koruptor dan cukong didalam negeri sendiri
Di jalan-jalan
Di pasar-pasar
Di seantero persada negeri
Tak terdengarkah kebijakan-kebijakan sungguh belati pada anak negeri
Tanah tumpah darah ini
Menjadi sebuah pertarungan antara kekuasaan dan uang
Menyesap habis keringat, darah bahkan jiwa rakyat
Dengan janji berbuih-buih yang menghantam bertubi
Atas nama apa
Jika rakyat cuma ingin sekedar menyeduh kopi, bercengkrama di beranda dalam tentram
Tanpa harus ditali dan diburu atas nama bagimu negeri
Slogan yang dikhianati sendiri
Atas nama apa
Pembangunan didirikan untuk para koruptor berbisnis secara terbuka
Rakyat dipandang sebelah mata dengan sinis, dikangkangi
Hidup macam apa jika anak-anak tak lagi bisa menata masa depan, pun negeri ini
Ibu Pertiwi mana yang tak luka
Bila anak negerinya saling silang membuat makar
Menjadikan satunya sapi perah untuk membayar kesenangan anak yang lain
Menyembelih kehidupannya dengan senang hati
Ya, wacana sekedar wacana tampaknya
Tapi berulang kali kenyataan yang asam
Segala rencana sudah dijalankan, kertas sudah tertulis tinta
Matahari kian redup di beranda negeri kita sendiri, memungut luka
(Tapi, nyalakan terus obormu wahai anak bangsa!
Selagi masih ada kobaran cinta didada, jangan kita kalah menyerah
Yang hangus adalah tangan yang membakar
Pada masanya, kita membasuh luka Ibu Pertiwi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI