Waah senangnyaaa... berjumpa topik pilihan kali ini, selain menarik dan benar-benar mengedukasi kembali bagi  kita yang sudah lupa atau melupakannya pada salah satu kearifan milik bangsa Indonesia . Tetapi saya yakin, diantara masyarakat masih banyak yang memakai peribahasa dalam keseharian kehidupan sosialnya.  Dan untuk  turut mengembalikan kelestarian peribahasa,  sedikit saya urun ingatan beberapa peribahasa yang saya kenal, dan lebih pada peribahasa yang diterjemahkan sebagai salah satu bagian nasihat untuk  berbudi pekerti yang baik. Yuuk mareee...ini contoh beberapa peribahasanya:
1. Jangan memancing di air keruh, ah ini seringkali kita dengar bahwa seseorang dituntut untuk tidak melakukan tindakan/ mengambil keuntungan sendiri  yang konyol, negatif, yang dampak buruknya atau kerugian pada akhirnya  tidak hanya menimpa bagi dirinya tapi juga orang lain. Begitu seringnya kita temui perilaku orang sekitar yang dengan bebasnya melakukan hal ini pada kesulitan orang lain tanpa merasa bersalah, jangan ya. Jangan memancing di air keruh.
2.Kacang lupa pada kulitnya, peribahasa satu ini sebagai nasihat agar selalu mengingat kebaikan/ pertolongan orang lain pada kita. Agar jika keberuntungan sedang ada di pihak kita, kita tidak menjadi jumawa, bangga berlebihan, arogan, timbul rasa sombong atau pada akhirnya pura-pura tidak kenal pada orang yang sudah /pernah membantu kita ketika dalam kesulitan. Sikap ini menyebalkan banget khan..? Pernah merasakan? Saya juga.Â
3. Lempar batu sembunyi tangan, duuuh kalau yang  ini bikin kesal dan marah sampai diubun-ubun biasanya.  Perilaku buruk ini sungguh merugikan orang lain, membuat banyak orang bisa saling tuduh, salah paham, bertengkar. Dan si pelaku biasanya sok tidak mengerti  atau pura-pura dengan yang terjadi, padahal ia yang memicunya. Gemesiin dah. Jauh-jauh dari perilaku ini ya.
4. Air susu dibalas tuba, sering kita terima di lingkungan kita khan.  Kadang kebaikan yang kita lakukan dibalas dengan buruk sekali.  Ini mungkin sedikit mirip dengan  kacang yang lupa pada kulitnya. Tapiiii.. tetap berusaha  baik dan melakukan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat saja, meski balasannya untuk kita mungkin tak sesuai dengan harapan. Toh pada akhirnya, semua perbuatan akan kembali pada kita sendiri. Jadi.. sabaar...sabaar...
5. Bagai air diatas talas, kalau yang ini kelakuan yang sulit diprediksi. kadang ke kanan, kadang ke kiri jalannya alias tidak punya pendirian tetap. Dalam kehidupan bersosial, orang yang begini biasanya sulit dipercaya untuk menerima cerita-cerita pribadi apalagi dijadikan calon pemimpin. Duh janganlah. Lebih baik berteman biasa aja deh, daripada ntar sakit hati. hehehe..
Masih belum bosan menyimak khan?, saya bangga Indonesia luar biasa memiliki kamus peribahasanya yang tak terhitung jumlahnya ini.  Cinta Indonesia banget! Dan ini yang terakhir deh, yang sering terjadi dan bikin patah hati .. hehe
6. Bagai musuh dalam selimut atau bisa juga menggunting dalam lipatan. Naaah, ini perilaku yang sungguh tidak terpuji. Berkhianat pada kawan dekat sendiri. Seseorang apalagi sahabat dekat  yang kita percaya ternyata berkhianat, rasanya pasti sakitlah.
7. Dikasih jantung minta hati, aih ini kumpulan orang-orang tak tahu terima kasih juga. Biasanya sudah dibantuin, tapi merasa belum dibantu atau malah kurang dibantu. Repot! hihihi..Â
Dari ingatan 7 peribahasa ini, cukup kiranya untuk membantu kita untuk kembali koreksi pada perilaku diri sendiri terhadap orang lain disekitar kita ya. Saling menasehati juga sebuah kebaikan yang bisa kita lakukan, apalagi pakai bumbu tulus dan ikhlas demi kita yang lebih baik juga. Â Dan ini perlu kita sampaikan pada anak-anak kita, siapa tahu nanti ada peribahasa yang akan menjadi salah satu pedoman mereka untuk melangkah di masyarakatnya. Salam Lestari Bangsaku!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI