Mohon tunggu...
Echy Rosalia Putri
Echy Rosalia Putri Mohon Tunggu... -

penggemar buku, pencinta travelling, pemuja fotografi dan pembenci bawang putih..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Suruh Datang Jakarta?

22 September 2011   20:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta

Ada sedikit kesombongan bagi orang daerah yang hijrah ke kota ini. Banyak timbul paradigma unik baru tentang orang orang pendatang itu. Mereka merasa akan menjadi “sesuatu” atau “seseorang” yang lebih “waaaah!”nantinya jika mereka telah kembali ke daerahnya.


Tulisan ini sepintas terinspirasi pengalaman pribadi penulis yang saat ini sedang menjadi saksi hilangnya beberapa paparan budaya, salah satunya adalah logat kedaerahan.

Kita semua tahu, Indonesia hadir dan eksis bukan hanya karena kerennya pemerintahan dalam hal korup yang semakin menjadi tradisi baru, atau mungkin dengan suksesnya Agnes monica menembus Europe music award. Tapi kita kudu ingat semboyan Bhineka Tunggal Ika yang kita pelajari dulu di SD. Berbeda tetap satu jua. Pulau yang tersebar rata, dengan budaya yang beda pula, bahkan bahasa dan tradisi yang menyertainya. Percaya atau tidak, Indonesia menjadi Negara kepulauan terbesar di dunia. Terkenal kan, kita?? Jadi hendaklah kita tetap pertahankan budaya yang unik dan indah itu..

Sangat disayangkan, Jakarta membuat semuanya menjadi titik nol. Jakarta telah membuat mereka atau lebih tepatnya telah memaksa mereka untuk berubah. Berubah mengikuti budaya Jakarta yang bebas dan berhak melakukan apa saja. Budaya itu telah meleburkan diri menjadi ragam pikiran tentang kerennya Jakarta.. Jakarta… Jakarta..

Selain budaya bahasa daerah, Jakarta juga mampu menyulap diri para pengunjungnya sendiri menjadi pribadi yang (sok) modern. Namun dengan kosongnya konsep modernitas itu sendiri.

Wonderful Jakarta,

Saktinya Jakarta,

Mampu menciptakan manusia manusia baru yang jauh dari budaya “ibu” yang telah melahirkannya dan yang telah memberikan “suntikan” budaya berprikemanusiaan selama ini.

Kenapa bisa begitu?

Sepertinya (sok) modern itu yang telah membuat mereka lupa diri. Bahkan baju yang mereka kenakan saat datang ke Jakarta pun, mereka telah tanggalkan dan lupa akan warna dasarnya sekalipun. Tanpa ada tendensi macam macam, Jakarta telah melumatnya tanpa sisa.

Jakarta memang tak sekejam ibu tiri, tapi Jakarta lebih kejam dari juragan para TKW itu.

#Siapa suruh datang Jakarta?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun