Mohon tunggu...
Eko Restiadi
Eko Restiadi Mohon Tunggu... -

Alumnus Program Studi Arab, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Sadar Diri, "Tamu Tak Diundangpun" Pergi

1 Desember 2012   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:22 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai banjir bagi saya rasanya sudah seperti "sahabat dekat". Bagaimana tidak lingkungan rumah saya dibilangan kebayoran baru petogogan merupakan wilayah langganan banjir. Dahulu daerah tersebut merupakan daerah luas yang dikelilingi sawah dan kebun maka nama lain yang dikenal untuk daerah tersebut  adalah "kampung sawah". Tapi kini sudah menjadi daerah yang cukup padat dengan para pendatang dengan tata perumahan dan  drainaseyang kurang baik. Selama ini pemprov DKI Jakarta rasanya sudah membenahi kekurangan-kekurangan seperti meninggikan jalan, mengeruk sungai kerukut yang melintasi daerah ini, dan memperbaiki saluran-saluran air.memang banjir sedikit berkurang intensitasnya yang biasanya setiap turun hujan pasti baniir, kini sudah mulai berkurang. Namun dua minggu terakhir saat musim hujan mulai datang dengan intensitas yang lebih tinggi banjir kembali menggenangi daerah ini. Kamis hingga sabtu (22-24 November 2012) banjir setinggi 1 1/2 meter menggenangi 3 RW di kelurahan petogogan dan terakhir hari ini saat tulisan ini ditulis banjir baru saja surut.

Saya rasa seluruh warga tidak ingin pada setiap musim hujan diterjang banjir. tapi sudah sadarkah kita yang selama ini menuntut pemerintah untuk memperbaiki drainase, tata kota, memperluas dan mengeruk kali tapi kita sendiri yang setiap hari tinggal dan melakukan aktifitas justru cenderung hanya "bisa menuntut" dan tidak ada tindakan real untuk mencegah dan menanggulangi banjir??.  banyak saya lihat dan mungkin kritik bagi diri saya sendiri yang terkadang masih suka membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah lagi bantaran kali kini sudah menjadi pemukiman yang dibangun secara permanen yang sudah diagendakan untuk digusur guna keperluan pelebaran sungai kerukut, dan disinyalir lahan tersebut milik pemerintah.

Satu fenomena unik yang sering saya lihat pada masyarakat didaerah ini segelintir warga membuang sampah yang sudah dikumpulkan di tempat sampah dengan rapih justru dibuang pada banjir yang menggalir dan juga saya pernah mendengar beberapa waktu lalu para petugas sampah yang rutin menampung sampah warga juga membuangnya kesungai. "Woow" sangat miris melihatnya. seharusnya kita sbagai warga tidak hanya menuntut saja pemerintah yang macam-macam.Budaya yang hanya bisa menuntut namun tidak diberengi dengan tindakan real dari hal yang kecil harus dihilangkan.  Dengan membenahi diri kita terlebih dahulu untuk lebih sadar lingkungan tentunya "tamu tak diundang" yang sering datang mungkin akan  berkurang dan suatu hari nanti Jakarta yang kita Cintai akan bebas banjir. Kita sadar diri tamu tak diundangpun pasti pergi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun