Mohon tunggu...
Eko Restiadi
Eko Restiadi Mohon Tunggu... -

Alumnus Program Studi Arab, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humor

Puisi "Kentut"

27 Juli 2012   15:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:33 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Siang itu disaat panas terik menerjang ibu kota Jakarta Jono, Dwi, Siska tiga orang sahabat berada di dalam sebuah bis kita jurusan Ps. Minggu- Blok M. Bis tersebut melaju sangat lambat karena macet. Suasana di dalam Bis  cukup ramai. di bagian depan kursi terisi penuh dengan ibu-ibu yang mungkin habis pulang dari pengajian. di bagian tengah ada anak berserta  ibunya . Jono, Dwi, dan Siska duduk di kursi paling belakang dekat dengan kondektur. Bis suasana sunyi yang terdengar hanya bunyi klakson mobil yang tidak sabar menerobos kemacetan dan panas ibu kota. tiba-tiba seorang pemuda dengan penampilan yang cukup rapih. Dwi menyangka dia adalah seorang mahasiswa. tetapi ia mengambil posisi menghadap kearah penumnpang dan berdiri dan mulai mengeluarkan kata-kata dan memperkenalkan dirinya yang akan membacakan sebuah puisi.

"salamat siang bapak-bapak, ibu-ibu sekalian dan adik-adik yang sedang lelah menunggu kemacetan. izinkanlah saya membacakan sebuah puisi  yang berjudul....." tiba-tiba ia berhenti sejenak dan suasana kembali hening.

"KENTUT ... Keluar dari lutut.....bunyinya ..duuuut...dut...duuut"

"BHAHAHAHAH...AHAHAHAH.....!!!: seketika suasana menjadi ramai dengan tawa pingkal seluruh penumpang.

berbagai ekspresi tawa pecah dikala mendengar kalimat yang diucapkan penyair tadi. dari ibu-ibu yang tertawa terpingkal-pingkal hingga seperti menahan kencing. supir yang tadinya terlihat bosan dan marah ikut juga tertawa terbahak-bahak sampai meyeka air mata yang keluardari matanya akibat tak bisa menehan tawanya. sementara Jono, Dwi, Siska tertawa terbahak bahak dibelakang bersama kondektur.

sang penyair berusaha melanjutkan puisinya. tetapi ia tak dapat meghentikan tawa penumpang yang membuatnya ikut tertawa terpingkal-pingkal. akhirnya sang penyair mengakhiriya dan berusaha duduk sambil terus tetawa bersama seluruh penumpang. Namun yang mengejutkan Jono seluruh peumpang di depannya memberikan uang kepadanya dengan nominal yang cukup besar Rp. 5.000.

"gile banyak baget " celetuk jono

"iya " sahut dwi.

"biarin aja lah dia sudah menghibur kita sampe tuh... liat tuh ibu-ibu pengajian sampe turun masih ketawa aja. mungkin ngompol juga kali" celetuk siska sambil tertawa terbahak-bahak .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun