Mantan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Pol (Purn) Fakhrizal terlahir dari keluarga sederhana. Orangtua yang hanya seorang aparat TNI dengan gaji yang minim, sudah barang tentu merasakan betul bagaimana hidup dengan ekonomi yang pas-pasan. Apalagi Fakhrizal sebagai anak pertama dari enam bersaudara, pasti mendapatkan beban yang berat karena masih ada saudara yang juga butuh pendidikan dan kebutuhan lainnya sama seperti anak-anak lainnya.
Begitulah tradisi di MInangkabau, jika menjadi anak pertama juga harus mempertimbangkan masa depan saudara. Ibarat pepatah, rezeki tidak akan kemana. Hal ini juga ditemui oleh Fakhrizal. Hidu dengan kata mapan pun seolah susah untuk diraihnya seperti anak tentara lainnya.
Meski dengan kondisi yang sederhana, tak membuat orangtua Fakhrizal membiarkan anak-anaknya untuk tidak bersekolah. Sebagai anak pertama, Fakhrizal sedari kecil tidak pernah mengadu kepada orangtuanya. Ia bekerja keras untuk menggapai cita-citanya atau dalam istilah Minang biasa disebut dengan 'Mambangkik Batang Tarandam' atau bisa diartikan untuk menjaga kehormatan keluarga dan juga bisa bangkit dari hidup sederhana hingga hidup yang agak berada.
Selain itu, berkat didikan agama yang diberikan orangtua tak membuat Fakhrizal menyerah dengan kehidupan yang sederhana itu. Impian untuk menjadi tentara seperti orangtua yang menjadi impiannya tak semudah yang dibayangkannya. Malahan dirinya dinyatakan lulus di instansi lain setelah mengikuti tes Akabri dan dinyatakan lulus dan bergabung dengan korps kepolisian.
Berkaca pada kehidupan sebelumnya yang terlahir dari keluarga sederhana. Hingga saat ini Fakhrizal tak bisa melihat orang dalam susah atau kesulitan. Hal itu terbukti dengan hobi Fakhrizal yang suka berbagi baik sesama rekan kerja maupun dengan bawahannya sekalipun. Tak hanya itu, Fakhrizal juga tidak sanggup melihat kondisi masyarakat yang serba kekurangan.
Contoh kecil, jika melakukan kunjungan ke pasar-pasar tradisional, dirinya merasa sangat iba dengan kondisi para pedagang yang sepi pembeli. Bahkan ia membeli sendiri dagangan mereka. Tak hanya itu, pengamen-pengamen jalanan pun bisa menjadi akrab karena sering dibantu oleh Fakhrizal. Ia pun juga tak segan untuk makan di warung-warung pinggir jalan. Hal ini dilakukannya karena dari dulu semenjak dirinya kecil memang merasakan betapa pahitnya hidup ditengah-tengah keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Maka, dirinya pun tak ingin masyarakatnya untuk merasakan hal yang sama seperti yang pernah dirasakannya sebelumnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI