Mohon tunggu...
Echi Mustika
Echi Mustika Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu Rumah tangga

Ibu Rumah tangga dengan Dua orang Putra

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"OPSI" Bekerja Membangun Keadilan

18 Desember 2018   11:39 Diperbarui: 18 Desember 2018   17:46 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini saya mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan acara "OPSI" yang disiarkan secara Live di Metro Tv, bahasan kali ini lumayan berat menurutku " Membangun Demi Keadilan".

Jika kita mendengar kata "Keadilan" semua orang butuh sekali keadilan baik yang di kota atau didesa, namun pertanyaanya apakah pemerintah bisa adil dalam membangun bangsa ini, seperti yang kita tahu jika Indonesia memiliki 16.056 pulau. Jumlah itu hasil akumulasi dari 13.466 pulau ditambahkan dengan 2.590 pulau.

Malam ini OPSI yang di pandu oleh Aviani Malik dan Narasumber Bambang Brodjonegoro (Mentri PPN/Kepala Bappenas), Rheinald Kasali (Guru Besar UI & FounderRumah Perubahan), Berly Martawardaya (Direktur Program INDEF), Askolani (Direktur Jendral Anggaran Kementrian keuangan RI).

Kritik terhadapnya roda pembangunan perlu dilakukan tapi bagai mana jika itu dilakukan tanpa dasar bagai mana ekonomi dasar bangsa saat ini,  lalu perlukan masyarakat merasa khawatir atas ketidakadilan pembangunan??.

Indonesia ini 260 juta penduduk dengan kondisi dinegara kepulawan, sebagai conton kita (pemerintah) harus menyediakan listrik ke daerah dan plosok-plosok dan terpencil. Untuk menyediakan listrik yang sebegitu banyaknya penduduk dan komplesias geografis maka biaya pasti akan jauh lebih tinggi, negara ini memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dalam kondisi ideal maka bisa saja anggaran itu surplus, hampir semua negara di dunia, jarang yang mengalami anggaran surplus sehingga menjalankan budget defisit .

Pembanguan inflastruktur memang terlihat wah kalo saja kita melihat bajet yang kita perlukan, dan banyak sekali hutang negara. Tapi jangan hanya dilihat dari situnya saja, kita dapat maju dan berkembang jika gap itu tidak kita isi. Manfaat dari pembanguan jangka pendek ini bukan hanya jangka pendek, namun akan kita rasakan nanti 5-10 tahun kedepan.

Infrastruktur juga berpengaruh terhadap kemiskinan dan pemerataan pelayanan dasar dapat dipenuhi denan adanya pembangunan infrastruktur, seperti penyebaran listrik. Kita juga harus memperhatikan pedesaan agar infrastrukturnya berdampak positif terhadap petani. Kita dapat membetulkan jalan-jalan, bendungan agar perairan lancar,listrik skala kecil.

Mungkin apa yang dijabarkan diatas terlihat kecil bagi kita yang hidup dikota yang biasa menikmati jalan raya yang nyaman tanpa lobang atau listrik dengan kapasitas 2000watt, tapi beda jika kita memberikan Infrastruktur terhadap desa-desa yang membutuhkan. Dengan kita membenahi jalan para petani bisa dengan mudah menjual hasil panennya langsung kekota agar menghindari tengkulak yang memberikan harga yang sangat rendah untuk panen mereka, sehingga para petani belum sejahtera dan menikmati hasil panen yang sesungguhnya.

Bayangkan jika rumah kita dialiri listrik yang hanya 5 watt saja, pastinya kita akn berfikir untuk apa listik dengan watt sekecil itu, tapi untuk saudara kita yang berada dipedesaan sangat membutuhkan listrik walau hanya dengan 5 watt. Mereka bisa melakukan banyak hall dimalam hari walau hanya dengan listrik sekecil itu. Anak-anak bisa belajar mengerjakan tugas sekolah mereka pada malam hari dan dari sini kita sudah bisa memupuk generasi-generasi penerus bangsa.

Jadi kita salah jika berfikir pada kata "Infrastruktur hanya untuk perkotaan saja", Infrastruktur juga perlu untuk pembangunan desa dan tempat-tempat terpencil lainya. Indonesia mampu membayar hutang  saat ini bila melihat prersentasenya dibandingkan pendapat domestik Bruto. Proses hutang Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand, Jepang, Singapura dan Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun