Mohon tunggu...
Aisyah Eche Irya
Aisyah Eche Irya Mohon Tunggu... -

Be a Good Person From a Positive Think

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Hijrah Mengalahkan Kata Keren

7 April 2016   23:14 Diperbarui: 7 April 2016   23:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption= "Dita dengan balutan pakaian syar'inya"][/caption] Tak ada hidup yang sempurna itulah yang dirasakan oleh wanita kelahiran Buntok, Kalimantan Tengah 20 tahun yang lalu ini. Dita, demikian sapaan akrabnya. Sejak baru berseragam putih merah dia harus marasakan getir kehidupan dan kejinya dunia serta ketidakadilan keadaan terhadapnya. Dita yang mungil dengan keterbatasan pengetahuan tentang dunia, belum mengenal apapun saat itu harus menerima kenyataan pahit perpisahan kedua orang tuanya.

Menjadi anak seorang pemabuk bukan pilihannya, apalagi jika harus melihat dengan mata kepala sendiri, menjadi bagian diantara para pemabuk yang sedang asik dengan fantasinya, lempar – tangkap pisau, pecah – belah botol bukanlah hal asing baginya, bahkan dia pernah dicekoki langsung minuman keras oleh seorang lelaki yang tidak bukan ialah ayahnya sendiri. ”Dita, nah coba rasakan minuman ini sambil memberikan botol kehadapanku,” ungkap dita ketika menceritakan cara ayahnya menyuruhnya untuk minum-minuman keras.

Dekat dengan dunia kejahatan membuat wanita yang sekarang tercatat sebagai mahasiswi aktif di Universitas Lambung mangkurat ini terlena dan ingin mendapatkan kebahagiaannya sendiri, hingga ketika dia menemukan hal yang sangat membuatnya bahagia yakni dance yang sudah ia geluti sejak dibangku kelas 5 Sekolah Dasar. Dunia dance yang bahkan memperparah pergaulannya mengubah dirinya menyerupai seorang lelaki, asap rokok yang tak henti mendekati, minum-minuman, pierce serta sayatan silet yang pernah menjadi trend demikian akrab dengannya.

 “Aku punya keinginan melanjutkan kuliahku dan mengembangkan hobby danceku,” ungkap alasannya merantau. Setelah melepaskan seragam putih abu-abunya demi sejuta mimpi dan harapan dimasa mendatang yang cerah dan gemilang, Dita akhirnya diterima sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi dan menjadi angota dari grup dance ternama di Kalimantan Selatan Borneo Of  Bass (BOB) akhirnya tercapai yang membawanya merantau ke kota Banjarmasin. Menjadi bagian dari BOB ini membuatnya berada diatas angin seakan dunia miliknya dan tak ada yang berhak ikut campur dalam segala penampilan dan keputusannya saat itu. “Aku senang karena berkumpul dengan meraka yang keran dan tidak pernah ku dapatkan kesenangan itu sebelumnya,” ujarnya dengan tersenyum. Namun, pergaulan BOB pun tak jauh dari pergaulan sebelumnya di Buntok. Ia sangat sering pulang larut malam hanya demi latihan dan nongkrong dengan anggota lainnya.

Ditengah perjalanan perkulihannya tepatnya pada semester 3 banyak masalah yang menerpa wanita manis ini.  Dari konflik organisasi kampusnya, hubungan percintaan dengan lawan jenis hingga pergolakan bathin yang menimpanya. Dita yang awalnya sangat cuek jika harus menjadi buah bibir dikalangannya, saat itu mulai mempertimbangkan ungkapan dari orang  lain. “Dita mau nggak berjilbab?,” tanya pasangannya terhadap dita saat itu. Namun, saat itu ia hanya menjawab dengan senyuman.

“Kenapa manusia di dunia ini tidak ada yang bisa mengerti aku,” ungkap dita dengan segala kejenuhan hidupnya yang diterpa dengan segala masalah pada saat itu. Suatu malam tepat di bulan Desember 2014, Dita yang biasanya tidur bersama dengan neneknya sontak terbangun ketika merasa jendela kamarnya yang terbuka lebar akibat terpaan angin yang meniup dengan goncangan kerasnya, bukan hanya terbuka ternyata jendela itu menjadi pintu masuknya cahaya putih yang bersinar terang menghampirinya. 

Ketakutan, iya ketakutanlah yang menghantui benak Dita. Saat itu dia mencoba untuk bangun dari ketidakberdayaannya, namun raganya tak sanggup seakan ada potongan besi menumpuki tubuhnya. “ Untuk membaca ayat kursi pun bibirku tak sanggup mengucap, aku hanya membaca dalam hati berulang-ulang sampai akhirnya aku bisa terbangun,” ceritanya  tentang hal aneh yang pernah dirasakannya. Terlihat klise memang namun itulah kenyataan yang dirasakannya.

Dengan kejadian pada malam itu akhirnya wanita yang juga merupakan anggota dari organisasi seni di kampusnya ini memantapkan diri untuk mengenakan jilbab.  Disetiap perubahan  diri seseorang selalu ada pro dan kontra  demikian juga yang dihadapi oleh Dita. “Ada aja yang masih mencela penampilanku, mengatakan aku aneh lah, dan tidak sedikit yang menjudge aku berubah karena aku sakit hati,” ungkap Dita yang ditemui di kampusnya ini. Ujian wanita ini tidak sampai disitu saja, ujiannya berlanjut ketika ia didiagnosa dokter mengidap penyakit berat radang usus besar yang mengharuskan dia untuk meninggalkan bangku perkuliahannya dalam waktu yang cukup lama untuk pemulihan penyakitnya tersebut.

“Allah masih menguji aku, bahkan diawal hijrahku. Dia ingin mengetahui seberapa kuat keteguan dan istiqomah hambanya yang benar-benar ingin berhijrah” ungkapnya  berpikir positif dengan ketentuan Tuhan. Segala jenis hal ia geluti yang ternyata hal itu bertentangan dengan agama akhirnya mulai ia tinggalkan. Dengan menutup mata dan telinga Dita akhirnya melepas segala pamornya didunia dancing, kesenangan dengan hal yang dia anggap bahagia dahulu sirna sudah hanya akan menjadi kenangan baginya. Dita yang dahulu dengan cita-cita keduniaanya kini memilih untuk berhaluan kearah lain dengan menjadi seorang anak, isteri dan ibu yang sholihah.

Setelah melepaskan semua itu akhirnya seorang Dita Lestari memantapkan hati membiarkan tubuhnya dibalut dengan pakaian syar’i, pakaian yang sesuai dengan anjuran agama Islam. “Aku merasa jatuh cinta ternyata aku dapatkan kebahagiaan, ketenangan bathin sesungguhnya setelah aku hijrah,” terang Dita dengan senyum sumringahnya.  Mengenai orang – orang yang telah menggoreskan luka dan kejahatan yang membekas kepadanya tidak akan dijadikkan kebencian untuknya. “Sayang sisa hidupku hanya untuk membenci mereka yang dahulu menjahatiku. Aku akan belajar dari keikhlasan, kesabaran dan kebaikan hati.” tangkasnya.

Berawal dari diriku untuk bertutur kata halus, tidak menyakiti hati orang lain, mengajak dan selelu berusaha menjadi telinga yang baik untuk mereka,” ungpaknya yang akan selalu ia serukan kepada orang-orang disekelilingnya agar dapat berubah kearah yang lebih baik. Karena Hidup hanya sekali dan takkan terulang lagi “Jangan jadikan aku guru yang berdiri didepan, tapi biarkan kita berjalan bersebelahan, belajar bersama untuk menjadi orang yang lebih baik lagi,” tambahnya menutup perbincangan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun