Ayah…masih ku ingat
Saat kau mengajariku belajar menjejakkan kakiku
Untuk pertama kali di tanah merah itu
Saat kau mengajariku menaiki sepeda merah muda kesukaanku
Untuk pertama kali di rerumputan hijau itu
Walaupun aku terluka saat kerikil di tanah merah itu
Walaupun lututku berdarah saat di rerumputan hijau itu
Namun, kau terus mengajariku cara bertahan
Kau mengajariku sebuah kemandirian
Ayah….
Sekarang aku telah menjejakkkan kakiku di tanah merah itu
Sekarang aku bisa bermain sepeda di rerumputan hijau itu
Semua berkat pembelajaran mu
Ayah…masih ku ingat
Saat kau mengajariku memegang ranting untuk pertama kalinya
kau mengajariku menulis di atas tanah merah itu
hanya ada dua nama yaitu aku dan dirimu
Semua berawal dari kehadiran mu ayah…
Ayah..masih ku ingat
Kala Sang Maha pemberi hidup memanggilmu
Di ufuk senja yang mengiringi deru mobil itu
Diantara para pengantar kepulangan mu
Di tanah merah dan rerumputan hijau yang dulu kau ajari aku
Ah…ayah..rasanya aku tak ingin beranjak dari tempat ini
Aku ingin bermesraan dengan tanah merah dan rerumputan hijau ini
Aku ingin kita bersepeda lagi di rerumputan hijau ini
Aku ingin mengukir nama kita di atas tanah merah ini
Hanya ada dua nama yaitu aku dan dirimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H