Mohon tunggu...
Echa Sofie
Echa Sofie Mohon Tunggu... -

10 tahun terakhir saya berkutat di bidang Broadcast. Bagian pengalaman lainnya yang saya pernah geluti adalah Public Relation's & Marketing. Semua pengalaman kerja tsb saya miliki saat tinggal di Yogyakarta. Saat ini saya mencoba untuk berkarya di Palembang, kota kelahiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Oji Kampung Senayan - Draft Pesanan Seorang Kawan

4 Februari 2011   13:23 Diperbarui: 13 Juli 2015   14:13 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah keluarga H. Marjuki dikenal masyarakat Kampung Senayan dengan “Jaitan Juki”. Itu karena Rohayah, istri H. Marjuki memiliki usaha menjahit dan sewa pakaian pengantin. Oji, anak H. Marjuki sering membantu Mpok Rohaya mengantarkan pesanan jahitan. Dari mengantarkan jahitan inilah Oji dikenal semua orang di kampungnya dan tahu ujung ke ujung tiap gang di belakang Gelora Bung Karno itu.

Kakeknya, Engkong Mus memang merupakan generasi paling tua yang masih ada di Kampung Senayan. Dulu kampung ini dikenal dengan nama Senenan. Waktu ramai – ramai penggusuran ke Tebet untuk membangun Gelora Bung Karno, Keluarga Engkong Mus tidak ikut dan memilih pindah ke salah satu tanah petak keluarga di dekat rumah asal. Biar kecil tapi itu tanah leluhur, begitu kata Engkong. Tanah Engkong yang lain tetap dipakai untuk kebun kelapa,cempedak, petai dan pisang. Buah – buahanmata pencarian keluarga. Kebun ini juga dipakai untuk latihan silat Kong Gelamak.

Engkong Mus pernah mengajak Oji ke rumah H. Amin di Kamal Muara teman masa kecil Engkong. Waktu itu tambak H. Amin sedang ramai pemancing. 1 bulan menjelang Imlek, H. Amin membuka tambaknya untuk umum sebelum panen besar untuk memenuhi permintaan. Baru kali itu Oji melihat lautan bandeng. Di tambak itu pula Oji mendapat teman baru, Ajiz namanya. Ajiz berada di tambak H. Amin karena ia bekerja membantu memasang umpan, mengumpulkan ikan sampai membuatkan kopi untuk pemancing. Orang – orang memanggilnya caddy.

Ajiz mengenalkannya dengan mata kail dan sesuatu warna – warni dari kayu bernama popper yang didapat dari pemberian pemancing. Popper ini digunakan sebagai umpan. Ajiz bilang pemancing di tambak H. Amin sering juga mancing di laut. Mereka punya popper bagus – bagus dari Australi sampai Jepang. Cita – cita Ajiz memancing ikan monster dengan popper yang dikumpulkannya.

Sejak bertemu Ajiz, Oji jadi memikirkan ikan - ikan bandeng di tambak H. Amin yang beterbangan. Melihat Mak Rohaya memasang benang di jarum Oji ingat popper, Bulu leher Burung Garuda yang digambar Pak Guru di depan kelas mengingatkan lagi dengan sisik ikan. Oji malah mengira Burung Garuda itu saudaranya Ikan Bandeng. Mendengar cerita ini Amat teman main Oji sampai naik pohon jambu dan lompat ke tanah sambil menirukan kepakan sayap burung tapi dengan bibir dimonyongkan seperti mulut ikan.

Suatu hari waktu ada kawinan di kampung, Oji memberanikan diri meminta Engkong Mus mengajaknya jalan – jalan ke tempat H. Amin. Tujuannya satu, bertemu Ajiz. Oji ingin juga mengumpulkan popper seperti Ajiz. Oji ingin mancing di tambak – tambak atau situ - situ tempat Ajiz jadi caddy. Mungkin juga sesekali ikut ke laut tempat pemancing dapat Ikan Monster. Nggak cuma mancing di Danau Senayan sama Engkong dan Babe. Oji ingin ajak Amat sama Nur kalau perlu. Biar Amat bisa lihat sisik ikan bandeng, biar popper paling bagus bisa Oji kasih untuk Nur. Atau mungkin saja di tambak – tambak itu Oji menemukan jawaban PR dari Pak Guru. Oji ingin bertualang mencari popper terbaiknya. Kelak Oji akan tahu kemanapun mencari popper dari pemancing Australia, Jepang bahkan Afrika sekalipun, popper terbaik di dunia berasal dari Bali, Indonesia.

_echa_

PS : sorry prend, tulisanku berhenti pd titik yg sama ni. I'm no way out ^.^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun