Dear... pagi itu kulewati jalan ini lagi, entah dan entah berapa kali aku lewati, kau tahu, betapa masih ternginang semuanya, ketika tangan mungilmu aku pegang di sepanjang trotoar ini?? Dan kau tau betapa kamu sangat bahagia saat itu. Aku masih ingat di sini, di depan sebuah swalayan kecil ini, kita bercerita tentang angan masa depan, dan tak pernah lelah kita lewati semua. Di depan sana kita makan dan ingat saat itu, kamu meminta sesuatu, yang saya tak suka.
Kamu terus minta, dan seperti biasa saya tak bisa menolak... dan justru itu yang akhirnya membuat kamu sakit. Pulangnya kamu menelpon aku dan menceritakan bahwa penyakit kamu kambuh, saya syok banget. ahhh itu dulu dan dulu, sekarang kulewati jalan ini sendiri, dan aku tersenyum ketika sebuah penginapan kecil itu masih ada disana, dimana kita berteduh dari hujan, saat itu kamu ketakutan karena petir sangat kencang, dan masih seperti dulu suasananya.
Sudahlah, semua sudah lewat, hanya ukiran kenangan ini dan saat ini ketika aku lewati jalan ini aku kembali tersenyum, mencoba mengingat satu per satu semua yng terjadi dengan kita, sungguh aku hanya bisa tersenyum dan berdoa semoga semua baik baik saja tentang kamu dan masa depan kamu, seperti yang sering aku katakan " Kita bertanggung jawab dengan masa depan kita" bukankah begitu??? dan seperti yang kamu katakan juga bahwa kamu adalkah tegar dan tegar, Semoga itu benar.
Aku tahu pasti dan kuyakini kalau kamu juga merasa seperti aku, tapi bukankah tak perlu lagi dibuktikan dan tak usah lagi dibuktikan??? karena semua sudah kita lewati...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H