Era global ini terjadi proses penyesuaian diri pada kehidupan masyarakat luas dalam kaitannya dengan upaya menghadapi masa depan. Masyarakat yang sudah memiliki budaya tinggi dan menjadi sumber bagi menghadapi hidup tempo dulu, kini mengalami perubahan dengan masuknya budaya modern. Akan tetapi, sebagian masyarakat tetap memiliki kerinduan yang mendalam terhadap nilai-nilai kearifan budaya bangsa. Misalnya, adanya kerinduan masyarakat terhadap budaya Jawa, ditengah-tengah masih banyaknya generasi tua yang memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai tradisi. Kerinduan itu terpucu oleh kondisi masyarakat modern, khususnya kondisi generasi muda yang semakin jauh dari nilai-nulai kearifan budaya bangsa atau budaya lokal.
Perubahan budaya terjadi terus menerus, dimana budaya orang tua sangat jauh berbeda dengan budaya atau gaya hidup anak muda sehingga terjadi kesenjangan yang semakin lebar antara nilai-nilai kearifan budaya dengan orientasi kehidupan generasi muda sekarang. Nilai-nilai budaya yang diberi label lama kemudian semakin terasing dalam masyarakatnya sendiri dan tidak disukai di kalangan generasi muda, dan akhirnya nilai-nilai tersebut hanya menjadi bagian masa lalu.
Budaya Jawa, ada suatu ungkapan-ungkapan yang mengandung nila-nila kearifan yang dahulu dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mengarungi hidup. Generasi muda sekarang semakin terjauhkan dari ungkapan-ungkapan Jawan yang merupakan ungkapan yang miliki arti nilai-nilai kearifan masyarakat Jawa, misalnya:
1.Adigang, adigung, adiguna
Merupakan peringatan kepada siapapun yang memiliki kelebihan (kekuatan, kedudukan, atau kekuasaan) agar tidk bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain.
2.Aja cedhak kebo gupak
Watak dan perbuatan atau kepribadian seseorang dipengaruhi oleh pergaulan atau akibat komunikasi dengan orang lan. Jika bergaul dengan orang yang berperilaku baik, kemungkinan besar dirinya akan berkembang menjadi pribadi baik dan sebaliknya.
3.Aja metani alaning liyan
Jangan mencari-cari kesalahan orang lain.
4.Aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa
Jangan merasa bisa, tetepi bisalah merasa.
5.Becik ketitik ala ketara
Kebaikan akan ketahuan, keburukan akan tampak.
6.Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mandun karsa, tut wuri handayani.
Di depan memberikan teladan atau contoh, di tengah-tengah mangun karsa atau kemauan, mengikuti dari belakang untuk kebaikan, keselamatan atau dorongan’.
Ungkapan-ungkapan Jawa seperti contoh diatas dan masih banyak yang lain, sanngat perlu disosialisasikan atau dikenalkan kepada genersi muda sekarang dan masyarakat luas. Pengemasan dan penjabaran nilai-nilai kearifan budaya Jawa tersebut perlu terobosan-terobosan yang lebih gaul dan akrab dengan anak muda sekarang, yang sangat penting dan bisa memberi kemungkinan timbulnya ketertarikan generasi muda untuk tetap melestarikan nilai-nilai tersebut, walaupun dalam ungkapan yang berbeda, tetapi mempunyai substansi yang kurang lebih sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H