Mohon tunggu...
Eka Nur Azizah
Eka Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo

Seorang Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Persepsi Warga Gempol Terhadap Vaksinasi Covid-19

20 Februari 2022   09:38 Diperbarui: 21 Februari 2022   12:52 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) muncul pertama kali pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Covid-19 kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai negara bersamaan dengan pergantian tahun ke 2020. Virus ini masih memiliki identik dengan virus flu Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang pernah muncul pada 2002 dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada 2012. Jumlah korban yang terinfeksi virus ini terus bertambah hingga menembus 419 juta jiwa dengan kematian mencapai lebih dari 5 juta jiwa, per 18 Februari 2022. Di Indonesia, jumlah kasus Covid-19 telah mencapai 5,1 juta jiwa, dengan angka kematian mencapai 146 ribu jiwa lebih.

Pandemi Covid-19 yang telah menyebar sejak bulan Maret 2020 di Indonesia telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan pada seluruh aspek bidang aktifitas masyarakat yaitu ekonomi, kesehatan, sosial dan budaya. Beberapa regulasi dan kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk menghambat dan mengurangi rantai penyebaran Covid-19 dengan menurunkan angka kesakitan dan kematian masyarakat yang terkena penyakit Covid-19 ini. Upaya strategis dan kebijakan yang dilakukan pemerintah meliputi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), PSBB transisi, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa--Bali, PPKM Mikro, Penebalan PPKM Mikro, PPKM Darurat, sampai dengan PPKM Level 3 dan 4, sosialisasi penerapan protokol kesehatan 5M yaitu mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan yang sekarang diperbarui menjadi 6M dengan menambahkan melakukan vaksinasi.

Terdapat tujuh jenis vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia yaitu Sinovac, Moderna, Biofarma, Sinopharm, Pfizer, Novavax dan Astrazeneca. Vaksin   tersebut   dari   proses import   negara produsen asalnya menuju Indonesia untuk diperiksa pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki waktu yang sangat singkat sehingga BPOM mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) sebagai persyaratan vaksin dapat langsung diberikan kepada masyarakat (Rachmadi, Rahayu, Waluyo, & Yuliyanto, 2021).

Sejak pemerintah mengumumkan dan mewajibkan vaksinasi covid-19 di Indonesia, masyarakat telah dihadapkan dengan berbagai dilema mengenai pemberlakuan kebijakan ini. Tidak terkecuali warga dusun Gempol yang tepatnya terletak pada desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kendal yang masih ditemukan sebagian kalangan masyarakat yang menolak adanya vaksin covid-19 dengan berbagai alasan.

Menurut penjelasan Bu Kadus Gempol, beberapa orang yang belum melaksanakan vaksin covid-19 diantaranya lantaran karena memiliki penyakit seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus disertai hipertensi, Stroke, Asma, TBC, pada saat jadwal vaksin ternyata demam tinggi, dan sebagian lainnya menganggap vaksin itu tidak penting, takut dengan isu dampak vaksin yang sempat beredar seperti sakit sampai dengan meninggal dunia.

Ketidakpercayaan sebagian warga negara terhadap vaksin covid-19 bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di seluruh belahan dunia. Hal tersebut tentunya menjadi PR bersama. Survey yang pernah dilakukan oleh Nature Medicine, 2021 dalam (Dewi, 2021) menunjukkan masih banyaknya masyarakat global yang ragu terhadap vaksin. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengartikan keraguan terhadap vaksin ini sebagai penundaan dalam penerimaan atau penolakan (delay in acceptance or refusal) terhadap vaksinasi meskipun layanan vaksinasi sudah tersedia. Yang menarik dari survey Nature Medicine adalah bahwa skeptisisme terhadap vaksin rupanya memiliki hubungan dengan rendahnya kepercayaan warga terhadap pemerintah. Jika hal ini berlaku di Indonesia, maka kemungkinan vaksinasi perdana yang dilakukan oleh Presiden tempo hari belum cukup untuk "mengungkit" (leveraging) rasa percaya publik.

Hal itu tentu menjadi PR yang serius, mengingat vaksinasi adalah salah satu ikhtiar kita ditengah pandemi ini, sama seperti apa yang dikatakan oleh Bu Kadus Gempol.

Menurut beliau, vaksinasi covid-19 ialah seperti imunisasi balita pada umumnya, walaupun sudah diberikan imunisasi seperti campak, BCG, polio, Hepatitis B,  dan lain sebagainya masih saja ada balita yang terkena penyakit tersebut sesuai dengan kekebalan imun masing-masing.

Vaksin menurut beliau adalah salah satu bentuk ikhtiar, karena berdasarkan info yang beliau peroleh meskipun sudah melaksanakan vaksin namun terkena paparan virus corona maka efek yang diperoleh lebih ringan daripada yang belum melaksanakan vaksin sama sekali.

Vaksinasi untuk warga 18 tahun keatas di dusun gempol sudah terlaksana dari awal tahun 2021 dan terakhir diadakan yaitu pada pertengahan bulan november 2021 kemarin yang bertempat di balai desa Ngesrepbalong dan puskesmas Limbangan. Sedangkan vaksinasi anak sering dilakukan di sekolah masing-masing.

Memasuki pergantian tahun 2021 ke 2022, kita masih harus tetap waspada terkait pandemi covid-19 belum usai. Virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2 terus mengalami mutasi membentuk varian baru. Pada 16 Desember 2021 lalu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah mengumumkan varian baru dari covid-19 yaitu varian Omicron yang sudah masuk ke Indonesia. Hingga 18 Februari 2022, kasus omicron di Indonesia telah mencapai 6.131 kasus. Varian omicron memiliki kecepatan penularan yang tinggi hingga mencapai 5 kali lipat dari varian sebelumnya termasuk varian Delta.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia memulai program vaksinasi dosis ketiga atau booster vaksinasi covid-19 pada Rabu, 12 Januari 2022. Dosis booster diberikan kepada seseorang yang telah mendapatkan vaksinasi covid-19 primer. Tujuan dosis booster itu sendiri adalah untuk mengembalikan efektivitas vaksin.

Di desa Ngesrepbalong sudah ada undangan vaksinasi booster covid-19 pada akhir januari yang lalu, masyarakat yang didahulukan untuk mendapat vaksin booster tersebut yaitu lansia, perangkat desa, perangkat kecamatan, kader posyandu dan PKK, namun di dusun Gempol belum ada. Ujar Bu Kadus Gempol. Jikalau ada undangan vaksin booster, beliau akan ikut serta dan woro-woro ke warga namun tidak terlalu memaksa karna sudah merasa cukup dengan dosis primer sehingga vaksin booster dianggap tidak terlalu penting.

Vaksin COVID-19 diharapkan bisa menjadi solusi untuk menyudahi pandemi yang telah memakan banyak korban jiwa serta melumpuhkan aktivitas masyarakat, dan partisipasi kita dalam program vaksinasi ini akan sangat membantu pemulihan kondisi negara kita.

[Rep.Eca]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun