Mohon tunggu...
Nadiyah Munisah Hamelia
Nadiyah Munisah Hamelia Mohon Tunggu... Freelancer - Collegian

Seorang mahasiswi yang masih belajar untuk menulis. Silah koreksi dan mulai berdiskusi.

Selanjutnya

Tutup

Money

AIIB Alat Soft Diplomacy dalam Upaya Development Peace di Asia

26 Oktober 2019   18:13 Diperbarui: 26 Oktober 2019   18:13 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AIIB, chinadailyhk.com

Asian Infrastructure Invesment Bank atau yang biasa disingkat dengan AIIB merupakan bank pembangunan multilateral yang berfokus pada investasi untuk pembangunan infrastruktur yang diprakarsai oleh Tiongkok. Dengan lahirnya AIIB, Tiongkok membuktikan akan kemampuannya dalam memegang kuasa ekonomi dunia. 

Setelah beberapa taktik dan siasat demi pertumbuhan pesat dan mengejar kata hegemoni, Tiongkok mampu memunculkan rasa simpatik dunia dan alasan kuat mengapa ia layak dipilih.

AIIB memiliki keunggulan dimata negara berkembang karena dinilai lebih bersahabat dalam memberikan bantuan. Ketika World Bank dan IMF menerapkan pasal-pasal Washington Concensus; privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi yang pada dasarnya memboncengi kepentingan penyebaran ideologi, maka Tiongkok dengan tangan terbuka merangkul tanpa memberi syarat berat pada negara peminjam. 

Meski jika ditinjau ulang, tentu kepentingan dari Tiongkok sendiri tercermin dari pembentukan AIIB ini.

Sekalipun berdirinya AIIB diklaim terlepas dari kepentingan Tiongkok dengan menyebarkan soft powernya, namun sebagaimana yang berlaku bahwa interest tetaplah dijadikan salah satu pendorong terbentuknya asas-asas yang lebih bebas di AIIB. 

Dengan mengedepankan kalimat Peace Development, atau pembangunan yang damai, Tiongkok terbukti mampu menarik banyak negara dan melancarkan 'aksi damai'nya dalam melobi, negosiasi hingga berdiplomasi.

Keseriusan Tiongkok dalam membangun AIIB merupakan salah satu pembuktian --terutama kepada AS, bahwa Tiongkok tidak pantas jika disebut sebagai free rider. Kepiawaian Tiongkok dalam melakukan soft diplomacy dengan cara apapun memang tidak dapat diragukan. Banyak negara yang akhirnya jatuh hati dan memilik untuk bergabung dan menjalin kerjasama dengan negri tirai bambu tersebut. 

Salah satu kalimat yang perlu diberikan penekanan dalam misi AIIB adalah, sumber daya negara asia yang perlu dibantu dalam pengoptimalannya serta FDI yang memungkinkan perusahaan-perusahaan besar Tiongkok beroperasi dinegara mitranya. 

Hal ini yang memudahkan tercapainya kepentingan Tiongkok, terutama untuk membangun citra baik dan national branding yang menjanjikan terutama bagi negara-negara di Asia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun