Mohon tunggu...
Ebyn Majid
Ebyn Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Manusia yang masih mengembangkan bakatnya dalam bidang menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Idealisme Sang Jenderal

23 September 2023   17:08 Diperbarui: 23 September 2023   17:13 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Resmi sudah berlabuhnya Partai Demokrat ke dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Ketua Umum Gerindra menjadi Calon Presiden 2024. Hal ini terkonfirmasi atas digelarnya Rapimnas Partai Demokrat pada Kamis 21 September 2023. Sebelumnya sinya merapatnya partai demokrat menguat usai pertemuan yang dilakukan jajaran pengurus partai ke Hambalang menyambangi kediaman Prabowo Subianto pada Minggu 17 September 2023. Usai drama yang terjadi selama sebulan ini, di mana ada sebuah pengkhianatan besar yang diklaim oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat telah dilakukan oleh Anies Bawedan selaku bakal calon presiden yang sebelumnya diusung oleh koalisi perubahan yang terdiri dari tiga partai, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Demokrat menganggap ada komunikasi yang tidak disampaikan secara terbuka kepada rekan koalisi, dan memutuskan satu keputusan yang tidak mempertimbangkan rekan koalisi lain. Alhasil setelah adanya manuver dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tiba-tiba dipinang Anies Baswedan dan Nasdem ke dalam koalisi untuk dimajukan sebagai Bakal Calon Presiden & Wakil Presiden mengakibatkan Koalisi Perubahan yang sudah terbentuk kurang lebih selama satu tahun mengalami gejolak yang luar biasa. Gejolak tersebut terlihat jelas dari sikap Partai Demokrat yang memutuskan untuk hengkang dari koalisi.

DILEMA SANG JENDERAL

Partai demokrat ini memang memiliki personalisasi yang cukup kuat dalam internal partainya Personalisasi partai politik merupakan kondisi di mana aktor individu menjadi lebih utama dibandingkan partai politik maupun identitas kolektifnya menurut Karvonnen. Tentu implikasinya adalah Demokrat setelah berkuasa selama 2 periode, belum bisa secara mandiri secara kelembagaan partai terlebas dari besarnya nama Susilo Bambang Yudhoyono selaku mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-7. Meski sudah bukan ketua umum lagi saat ini, tapi intervensi dan manuver yang dilakukan oleh Partai Demokrat masih dipandu oleh SBY bak seorang king maker di dalam tubuh Demokrat. Susilo Bambang Yudhoyono kerap kali turun gunung dari singgasananya di mana hal itu dilakukan untuk menyelamatkan wajah demokrat dari kontestasi pemilu 2024. Hal ini sering kali kita lihat, di mana ada dualisme partai yang terjadi dalam tubuh internal partai di mana Moeldoko selaku Kepala Staf Kepresidenan RI mengambil alih Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Memang gerakan ini tidak membuahkan hasil karena gugatan tersebut kerap kali ditolak oleh pengadilan, dan puncaknya terjadi penolakan penijauan kembali oleh MA terhadap gugatan Moeldoko 10 Agustus 2023, tapi ini tentu ada peranan dari SBY yang muncul ke publik untuk menyelamatkan partai yang dipimpin oleh anaknya sendiri.

Susilo Bambang Yudhoyono memang sangat berambisi untuk mencalonkan anaknya menjadi calon wakil presiden mendapingi Anies Baswedan dalam Koalisi Perubahan, namun apa daya optimisme dan romantisme yang terbangun kurang lebih satu tahun hilang begitu saja usai Anies mendeklarasikan Muhaimin Iskanda (Cak Imin) Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi calon wakil presidennya di pemilu 2024 pada Sabtu, 2 September 2023 di Hotel Yamato di Surabaya. Banyak survei sudah mempublikasikan bahwa tokoh yang paling cocok mendapingi Anies Baswedan adalah Agus Harimurti Yudhoyono seperti yang di terbitkan oleh LSI pada Agustus 2023 keamrin. Hal ini jelas mengindikasikan dorongan yang coba dilakukan oleh SBY terhadap AHY untuk maju berkontestasi, namun secara basis elektoral antara Anies dan AHY tidak bisa digabungkan meskipun secara ideologis dan cara pandang memiliki kesamaan dan chemistry yang cukup kuat, hal ini dikarenakan basis elektoral Anies dan AHY memiliki kesamaan dan tidak bisa saling melengkapi, daerah yang memiliki lumbung massa yang potensial seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak bisa dikuasai oleh keduanya, secara kalkulasi rasional hal ini sulit untuk memenangkan pertempuran.

Masalah bertubi tubi kembali dialami Partai Demokrat, pasca hengkangnya dari koalisi perubahan nasib Demokrat kian tidak jelas, usai cabut dukungan terhadap Anies Baswedan sejatinya banyak opsi yang bisa dicoba demokrat untuk menatap pemilu tahun 2024. Walaupun secara Haluan partai sepertinya demokrat ini paling cocok untuk tetap Bersama dengan Anies Baswedan dalam Pemilu 2024, karena Demokrat ini memposisikan diri sebagai anthithesa dari pemerintahan Jokowi saat ini dan memiliki tagline perubahan, karena 2 calon presiden yang lain seperti Prabowo dan Ganjar tetap berkomitmen dengan melanjutkan kinerja dari pemerintahan saat ini. Dalam politik memang segalanya bisa terjadi, sangat amat dinamis apabila kita melihat peta perpolitikan saat ini, tidak ada teman yang abadi dan musuh yang abadi dalam politik, semua bermuara kepada kekuasaan pada akhirnya, siapa yang paling realistis tentu menjadi pertimbangan Partai Demokrat.

Memang ada opsi untuk membuat poros baru Bersama dengan PKS dan PPP untuk berkoalisi menuju pemilu 2024, tapi rasanya ini sangat sulit teralisasi, karena kondisi lapangan yang ada PKS masih setia dengan Anies Baswedan walaoupun memiliki jarak ideologis yang jauh dengan PKB, dan PPP juga masih setia untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden 2024 meskipun ada rumor kadernya Sandiaga Uno bisa saja tidak ditunjuk. Waktu dan logistic juga dirasa sangat penting sebagai bahan pertimbangan poros baru, dengan segala sumber daya yang ada sulit untuk direalisasikan opsi tersebut. Demokrat tentu akan berkoalisi dengan calon yang berpotensi untuk menang, hal ini didasari untuk menyelamatkan elektabilitas AHY dalam Langkah politik kedepannya, karena kecenderungan actor politik ini membutuhkan jabatan untuk mendapatkan elektabilitas secara signifikan.

KESAMAAN LATAR BELAKANG MILITER

Demokrat memang sejak dulu terkenal sebagai Partai Politik yang memiliki latar belakang militer, embel-embel militer ini terlihat dari speak terjang tokohnya sampai dengan saat ini terutama, Susilo Bambang Yudhoyono yang memulai karirnya sebagai seorang tentara sebelum menjadi Presiden, dan dilanjutkan estafet kepemimpinan oleh anaknya yang juga berasal dari latar belakang militer,. Tidak bisa dipungkiri kedekatan latar belakang yang terbangun antara Prabowo Subianto dan SBY ini menjadi reuni, karena Prabowo dulu adalah sebagai junior dari SBY.

Pada tahun 1973, SBY lulus dari pendidikan militer, diikuti oleh Prabowo pada tahun 1974. Meskipun memulai karir militer dari jalur yang berbeda, keduanya masing-masing mencapai kesuksesan dalam dinas militer. Romantisme masa lalu ini yang menjadi fondasi dasar bergandeng tangannya Prabowo dengan Demokrat. Susilo Bambang Yudhoyono secara terbuka mengungkapkan akan siap memenangkan Prabowo sebagai Presiden 2024. Meskipun secara resmi partai demokrat belum mendeklarasikan arah dukungannya pada Pilpres 2024, namun sinyal-sinyal yang kuat telah mengarah kepada Prabowo dan tinggal menunggu waktu untuk dideklarasikan.

Namun kerja sama diantara keduannya pun sempat terjalin saat kontestasi pemilu 2014 dan 2019, saat itu Demokrat mendukung Prabowo dalam kontestasi melawan Jokowi, namun Gerindra yang pada 2019 memposisikan sebagai opososi terkuat pemerintahan, nyatanya bergabung kedalam pemerintahan dengan ditunjuknya Prabowo sebagai Menteri Pertahanan RI dalam cabinet Indonesia Maju periode 2019-2024, hal ini tentu mengubah peta politik nasional, kurang lebih partai oposisi saat ini hanya dipegang oleh Demokrat dan PKS saja yang dengan gambling menjadi oposisi dalam pemerintahan Jokowi.

Tampak jelas pada saat jajaran Partai Demokrat menyambangi kediaman Prabowo Subianto di Hambalang banyak sekali mantan Purnawirawaan TNI, seperti Mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto, mantan Komandan Jenderal Kopassus Jenderal (Purn) Agum Gumelar. Hal ini tentu mengindikasikan kedekatan yang cukup kuat karena sama-sama terlahir dari Rahim militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun