[caption id="attachment_276943" align="aligncenter" width="479" caption="Haneen (10 bulan) tertidur di pangkuan ibunya. Keluarganya melarikan diri dari Suriah 4 hari sebelum dia lahir. Kini Haneen tinggal di Zaatari - @DinaElKassaby"][/caption] Puluhan wartawan media internasional menuju London pada Senin (22/7) untuk meliput kelahiran “Royal Baby” atau bayi pewaris tahta Kerajaan Inggris.
Namun ramainya sambutan terhadap bayi Kate Middleton dan Pangeran William mendapatkan kritikan dari sejumlah kalangan.
Ketika media berlomba-lomba memberitakan kelahiran Prince of Cambridge, belasan bayi yang lahir tiap hari di pengungsian Zaatari di Yordania seakan jauh dari perhatian dunia.
Menurut data dari United Nations Population Fund (UNFPA), kira-kira 13 anak lahir setiap hari di kamp pengungsian Zaatari.
Kamp Zaatari didirikan untuk menampung korban perang di Suriah. Daily Mail memberitakan pada 22 Juli 2013 bahwa kawasan kamp kini menjadi wilayah terbesar kelima di Yordania.
Sebelum kedatangan pengungsi yang telah mencapai lebih dari 160.000 orang, Zaatari merupakan wilayah yang amat sepi.
Jordan Times menyebutkan kamp Zaatari dilengkapi dengan tiga klinik untuk ibu hamil yang dioperasikan oleh UNFPA. Namun karena tingginya permintaan, klinik keempat akan segera dibangun.
Klinik milik Maroko dan Prancis yang didirikan di lokasi pengungsian bertugas untuk menangani kelahiran lewat operasi caesar.
Sebanyak 53 perempuan melahirkan anaknya di satu klinik UNFPA antara 30 Juni dan 21 Juli 2013. Itu artinya jumlah kelahiran pada akhir tahun bisa mencapai angka 30.000.
Salah satu masalah yang harus dihadapi adalah gelombang jumlah remaja putri yang hamil.
Dr. Carine Boyce, seorang spesialis nutrisi dan kesehatan dari UNICEF Yordania, mengungkapkan masalah ini amat serius karena para remaja tersebut belum menyelesaikan tahap pertumbuhannya.
“Selain aspek psikologis yang kentara, mereka sering belum memiliki cadangan nutrisi yang diperlukan untuk proses kehamilan,” ungkap dokter Boyce seperti dilansir Huffington Post.
“Janin akan berupaya mendapatkan cadangan nutrisi, membuat para remaja itu berisiko terkena animea. Bayinya sendiri kerap terlahir permatur dan kekurangan berat badan,” tandasnya.
Untungnya fasilitas klinik tidak memprihatinkan. Umm Raad, seorang ibu yang baru saja melahirkan anaknya di salah satu klinik kamp pengungsian mengatakan fasilitas yang terdapat pada klinik bersih dan peralatannya pun aman diwawancari Associated Press.
Namun, masa depan bayi-bayi ini masih belum jelas. Terlahir di tengah kamp pengungsian sementara perang saudara masih berkecamuk di negara asal, bayi-bayi ini terancam memiliki masa depan kelam, tidak seperti Royal Baby yang sudah dipersiapkan untuk menjadi pewaris tahta Kerajaan Inggris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H