Mohon tunggu...
ebrian amrdysa
ebrian amrdysa Mohon Tunggu... Lainnya - Coffee Addict

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Sosiologi FISIP 2019.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kenaikan Jumlah Virus Corona di Jakarta Sebesar 50%

24 Juni 2021   19:16 Diperbarui: 24 Juni 2021   19:24 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kenaikan jumlah virus Corona di jakarta sebesar 50%

Jakarta saat ini sedang menghadapi gejolak peningkatan jumlah covid-19 yang cukup drastis yang mana merupakan gelombang baru dari virus tersebut di wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada apel yang bertempatkan pada Lapangan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada hari Minggu 13 Juni 2021.

Kita menghadapi gelombang baru peningkatan kasus Covid-19 setelah musim libur Lebaran bulan lalu. Lonjakannya mulai dirasakan hari-hari ini, bukan hanya di Jakarta, tapi di berbagai wilayah di Indonesia. Tapi di Jakarta sekarang perlu melakukan pendisiplinan kolektif," ujar Anies.

Anies memberikan contoh pada jumlah kasus Covid-19 yang sedang aktif di Jakarta dan sedang meningkat drastic pada beberapa hari terakhir ini.

"Kasus aktif naik dari 11.500 jadi 17.400. Naik 50% dalam satu minggu," katanya.

Sementara itu positive rate atau rata-rata positif Covid-19, mengalami peningkatan yang tadinya 9 persen menjadi 17 persen, lanjut Anies. Karena itu, kemampuan daripada testing ditingkatkan sebesar delapan kali lipat pada pecan tersebut.

"Tetapi tetap positivity rate-nya tinggi. Ini menunjukkan di luar sana ada peningkatan kasus yang amat signifikan," ucap Anies.

Sementara itu, untuk isolasi yang berada di rumah sakit Covid-19 di Jakarta pun mengalami kenaikan yang signifikan, kendati tingkat kematian yang cenderung statis atau tetap dan tidak menunjukkan adanya peningkatan, Pada dua pekan yang pada rumah sakit yang mengangani kasus Codi-19 di Jakarta sudah terisi sebesar 45%, pada tanggal 13 Juni 2021 telah terisi 75% dimana 27 persen dari pasien telah mendapat pelayanan kesehatan di Jakarta berasal dari luar Jakarta.

Anies Baswedan selaku Gubernur menegaskan bahwa untuk seluruh jajaran diharuskan untuk memiliki kesadaran, Ibu kota sedang dalam situasi yang membutuhkan perhatian lebih terhadap peningkatan drastis Covid-19 di Jakarta.

"Bila kondisi sekarang tak terkendali, kita akan masuk fase genting, dan jika fase itu terjadi maka kita harus ambil langkah drastis seperti yang pernah dialami bulan September lalu dan Februari lalu. Kita inginkan peristiwa itu tak berulang," ucap Anies Baswedan.

Sebelumnya Dwi Oktavia selaku kepala Bidang Pencegahan dan pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, memberikan pemaparan, bahwa berdasarkan data terkini yang ada, Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan tes PCR Covid-19 di Jakarta sebesar 15.129 spesimen pada hari minggu 13 juni 2021.

Dari banyaknya tes yang telah dilakukan. Sebesar 11.800 subjek yang telah di tes PCR Covid-19 di Jakarta pada hari tiu untuk mendiagnosis kasus baru yangh hasilnya merupakan 2.769 positif dan 9.031 negatif. Sementara itu, dilakukan juga tes Antigen pada hari minggu 13 Juni 2021 sebanyak 3.607 orang telah dites, dengan hasil yaitu 249 yang positif dan 3.358 yang negatif.

"Target tes WHO adalah 1.000 orang dites PCR per sejuta penduduk per minggu (bukan spesimen), artinya target WHO untuk Jakarta adalah minimum 10.645 orang dites per minggu. Target ini tes corona di Jakarta telah Jakarta lampaui selama beberapa waktu. Dalam seminggu terakhir ada 75.791 orang dites PCR. Sementara itu, total tes PCR DKI Jakarta kini telah mencapai 386.698 per sejuta penduduk," Ucapnya.

Seperti yang kita lihat berdasarkan data-data diatas menunjukkan kenaikan-kenaikan yang drastis mengenai peningkatan Virus Covid-19 Di jakarta. Asumsi dari penulis dan berdasarkan faktor-faktor dapat menjadi penyebab penularan virus ialah masyarakat cenderung tidak mematuhi protokol kesehatan yang ada, disamping itu peningkatan tersebut terjadi pada hari-hari sesudah lebaran Ramadhan tahun ini, orang-orang yang melakukan mudik menyebabkan peningkatan virus corona di Ibu kota Jakarta, dikarenakan mereka membawa virus dari Ibu kota ke kota yang mereka tuju, begitu pula sebaliknya. Jadi kurangnya disiplin dari masyarakat itu sendiri menjadi faktor yang krusial terhadap meningkatnya penyebaran virus yang ada. Protokol Kesehatan sangatlah penting untuk diperhatikan, masyarakat harus displin melakukan protokol kesehatan untuk mencegah virus corona dapat terjadi. Masyarakat dapat melakukannya dengan cara mencuci tangan dengan rutin, menjaga jarak dengan orang lain, jangan menyentuh langsung area di bagian mata, hidung atau mulut, menutup mulut dan hidung ketika bersin, Jangan keluar rumah saat sedang merasa tidak enak badan, melakukan check up ketika mengalami gejala-gejala virus corona.

Peningkatan penyebaran virus yang terjadi sangat tidak boleh disepelekan, dikarenakan peningkatan-peningkatan tersebut sangat berdampak kepada berbagai aspek di kehidupan masyarakat. Penyebaran virus corona yang terjadi menyebabkan berhentinya kegiatan-kegiatan masyarakat dari berbagai aspek, seperti kegiatan sosial, kegiatan kebudayaan, dan tentu saja kegiatan perekonomian. Dalam aspek ekonomi, ini sangat mengganggu perindustrian, perdagangan, pasar. Kegiatan perekonomian informal tidak sedikit yang terhenti akibat peningkatan tersebut.

Kasus ini dapat diterangkan Teori Fungsionalisme struktural dimana Emile Durkheim menjelaskan bahwa masyarakat memiliki suatu sistem yang tersusun secara struktural dan memiliki peran masing-masing. Fungsi tersebut membuat berjalannya sistem secara keseluruhan dapat menciptakan tatanan stabilitas sosial. Durkheim telah menaruh perhatian pada tatanan sosial yang ada dengan membawa teori fungsionalisme struktural kepada struktur sosial di level makro sebagai titik yang difokuskan dan institusi sosial yang menjadi komponen daripada sistem sosial tersebut. Dalam pandangan teori ini, suatu lembaga sosial bisa bertahan apabila fugsinya dijalankan dengan baik. Dan apabila terjadi malfungsi maka akan terjadi ketidakteraturan pada suatu lebaga sosial tersebut.

Dalam hal ini kita bisa menjelaskan kasus Covid-19 dengan Teori Fungsionalisme struktural dari Emile Durkheim dimana masyarakat yang biasa melakukan kegiatan bersosialisasi kepada sesama, melakukan aktifitas diluar rumah, dan kegiatan lainnya seketika terhenti begitu saja saat Covid-19 mulai menyebar di lingkungan mereka. Terjadi Malfungsi pada masyarakat dimana wabah tersebut telah menghentikan kegiatan masyarakat, seperti kegiatan sosial, kegiatan kebudayaan, dan tentu saja kegiatan perekonomian. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula, masyarakat diharapkan mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah bertambahnya penularan Covid-19, salah satunya di wilayah DKI Jakarta yang saat ini sedang mengalami peningkatan yang drastis terhadap penularannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun