Mohon tunggu...
ebin rajab sihombing
ebin rajab sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah membaca dan menulis serta suka traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Antara Tawadhu dan Sombong

21 April 2023   06:59 Diperbarui: 21 April 2023   12:45 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Malioboro 2, dokpri

Setiap individu tentu berharap bisa menjalani kehidupan dengan versi terbaiknya. Tak jarang, untuk mewujudkannya manusia bersungguh-sungguh menjalani setiap aktivitasnya. Misalnya, jika dia seorang pelajar maka dia akan mengisi hari-harinya dengan banyak membaca, diskusi dan seterusnya. Begitu juga jika dia seorang pekerja, maka dia akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan pulang pergi sesuai aturan yang berlaku. 

Kegiatan seperti di atas adalah contoh kecil bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk bisa menjalani setiap aktivitasnya dengan maksimal. Namun yang menjadi permasalahannya adalah ketika individu atau kelompok merasa sudah bisa menjalani aktivitas nya secara mandiri. Memang benar, bisa bekerja dengan mandiri atau mencukupi kehidupan dengan tanpa melibatkan orang lain katakanlah seperti swasta adalah sesuatu yang sangat baik karena itu juga membantu pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Tetapi disisi lain, ketika sikap kemandirian tidak diimbangi dengan ke tawadhuan, maka ini akan menjadi masalah kedepannya. Karena secara sadar atau tidak, sikap merasa bisa akan menimbulkan sifat yang negatif misalnya angkuh, sombong dan tidak memikirkan pihak lain. Padahal dalam mewujudkan kehidupan yang baik tidak cukup dengan eksis dengan kemandirian individu atau kelompok tetapi juga eksis dengan kebersamaan sosial yang harmoni, yang banyak melibatkan golongan dan pemikiran. 

Berangkat dari sini, maka penulis berhipotesis jika sikap dan sifat kemandirian yang dibangun tetapi tidak diikuti dengan sikap ke tawadhuan akan menjadi masalah bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu penulis berpendapat, sangat bagus kita bisa menjalani kehidupan yang mandiri tetapi perlu diingat, kemandirian juga harus tetap memerhatikan keharmonisan bersama. Jangan sampai, sikap mandiri yang dibangun sedemikian rupa, tercoret karena terlalu memikirkan argumentasi sendiri. Mungkin betul, argumen yang kita sampaikan adalah benar, tetapi akan jauh lebih benar lagi kalau landasan kita adalah kerukunan bersama bukan golongan. Karena seperti yang sering digaungkan oleh kita bersama, Islam hadir adalah sebagai rahmatan lil alamin. 

Sebagai penutup, penulis mengajak kepada pembaca mari kita bantu pemerintah dengan kemandirian  yang bisa kita lakukan dan senantiasa terus berpartisipasi mendukung pemerintah dalam mewujudkan kesatuan dan keharmonisan rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun