Mohon tunggu...
Eben Haezer
Eben Haezer Mohon Tunggu... Jurnalis -

wartawan -- doyan jalan-jalan -- agak susah makan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keripik Tempe, Pengentasan Kemiskinan, dan Ruwetnya Birokrasi

17 Februari 2015   06:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kebodohan dan ketidaktahuan adalah anak dari kemiskinan. Minimnya akses ekonomi, memberi dampak ikutan berupa terhambatnya akses informasi. Ketiadaan akses terhadap informasi inilah yang kemudian membuat seseorang tidak tahu apa-apa, termasuk perkembangan dunia kesehatan.

Maka untuk mengentaskan kelompok-kelompok perempuan dari ancaman-ancaman penyakit reproduksi yang selama ini tak pernah mereka bayangkan, tak bisa dilepaskan dari upaya mengangkat derajat ekonominya. Kedua upaya itu tak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Harus beriringan.

Di Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, upaya itu sudah mulai dilaksanakan. Belasan ibu rumah tangga dari keluarga miskin, terlibat dalam produksi keripik tempe. Kegiatan itu adalah rangkaian dari program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan) yang dikerjakan Pengurus Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Ngawi.

Produksi keripik tempe ini bertempat di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Seruni I yang sekaligus kediaman kepala dusun (kasun) setempat.

"Sengaja kegiatan ini ditempatkan di rumah istri kepala dusun atau ibu kasun yang punya pengaruh besar dan bisa mengajak warganya ikut serta," kata Ketua PDA Ngawi, Sudjiatim.

Produksi keripik tempe yang dikelola kelompok perempuan ini masih berskala mikro. Keripik-keripik tempe, mereka buat hanya sesuai pesanan yang sebenarnya juga belum terlalu banyak karena jangkauan pasar yang bisa mereka capai baru di kawasan desa sekitar. Belum sampai menjangkau pembeli dari luar kabupaten. Meski pasar belum terbentuk, namun ada sedikit keuntungan yang bisa dimanfaatkan para anggotanya untuk menambah penghasilan keluarga.

"Apalagi modalnya juga dari bantuan program," kata Satiti, istri kepala dusun yang sekaligus kader PD Aisyiyah.

Dijelaskan Satiti, di dusunnya terdapat 19 perempuan yang telah terlibat dalam produksi keripik tempe. Mereka semua berasal dari rumah tangga miskin yang membutuhkan ekstra akses menuju peningkatan ekonomi.  Akses ini sangat mereka butuhkan. Apalagi belum semua ter-cover oleh jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah.

"Hasil penjualan keripik tempe masih belum begitu besar. Selain dibagikan ke anggota, hasil penjualan sebagian juga dimasukkan ke dalam kas organisasi. Kami berharap nantinya usaha bersama ini bisa berkembang lebih besar sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan untuk jaga-jaga kalau ada anggota yang sakit dan membutuhkan biaya besar," imbuhnya.

Arie Endang, Koordinator Program MAMPU PD Aisyiyah Kabupaten Ngawi menyebutkan, masalah jaminan kesehatan masih menjadi salah satu fokus mereka untuk segera diatasi. Masih banyak perempuan miskin di Kecamatan Kedunggalar yang belum terdaftar sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

"Birokrasinya sulit untuk mendaftarkan mereka sebagai PBI Jaminan Kesehatan. SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sulit untuk diterbitkan," kata Arie.

Birokrasi yang berbelit-belit memang turut menjadi kendala dalam upaya mendorong pengentasan kemiskinan bagi perempuan dari rumah tangga miskin. Karena itu, pada pelaksanaan kegiatan tahun kedua program MAMPU yang berlangsung sejak Juli 2014 hingga Agustus 2015 mendatang, lebih diprioritaskan agenda advokasi, baik dari pemerintahan desa, pemerintahan kecamatan, dan pemerintahan daerah.

"Alhamdulilah upaya ini mendapat dukungan walau tidak secara langsung melibatkan diri dalam kegiatan di komunitas. Dengan begitu ada kedekatan komunikasi yang lebih baik antara Aisyiyah dengan penyedia layanan," lanjut Sutjiatim.

Tentu saja, digencarkannya agenda-agenda advokasi tersebut tetap tanpa menghentikan upaya-upaya yang telah berlangsung di periode pertama, termasuk salah satunya adalah pelaksanaan tes IVA bagi para perempuan usia subur.

"Tes IVA yang sekarang dilakukan adalah yang kedua. Masih banyak yang harus didorong agar bersedia ikut tes ini. Apalagi tes ini jauh lebih murah dan lebih cepat dilakukan daripada Papsmear. Lagipula kalau Papsmear, itu dilakukan kalau ada indikasi positif saat dilakukan tes IVA," pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun