Mohon tunggu...
Febri Yanti
Febri Yanti Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pendidikan Geografi Universitas Lampung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebebasan!!

28 Juni 2012   13:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:27 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kebebasan!!

Kau tahu kawan?? Jemari ini tak mampu berhenti, ia terus saja bicara dan meronta. Ia bertanya, ‘apa itu kebebasan?? Indahkah?? Menyenangkankah?? Atau ia hanya durjana?? Atau ia pembangkang yang tahu tata krama??’

Ia terus saja bicara bahkan kini ia menjerit sembari terus saja mencerca. Menumpahkan luapan emosi, isi hatinya diatas kertas usang yang kini mulai berubah kelabu dipenuhi goresan coretan tanpa nama.

Tak hanya tanpa nama kawan, bahkan kini ia mulai kehilangan makna. Ya, goresan itu tanpa makna. Bait tulisan yang ia torehkan hanyalah omong kosong tanpa makna. Goresan itu tak dapat dipahami sepasang mata manapun yang pernah melihatnya.

Malang nian, jangankan ada yang menjawab tanyanya, mengerti apa maksudnya pun tak ada yang tahu. Tak ada yang sudi menjawab tanya jemari yang mulai terlunta-lunta mencari muara. Semua berkata samudra ilmu itu luas kawan, lalu kenapa?? Tak ada orang yang mau menjawab tanya jemari kecil itu. Ia rasa semua telah tiada atau beristirahat tenangdisana, dipangkuan Sang Maha Kuasa. Atau semua memang sengaja acuh?? Atau mereka tuli dan buta?? Jemari itu mulai putus asa.

Di tengah keputus asaannya, keinginannya untuk mendapat jawab tanyanya pun semakin menggebu.

APA ITU KEBEBASAN? (teriaknya)

Sudah terlalu lama rasanya jemari itu menjelajah lembaran buku diberbagai tempat. Di perpustakaan, atau hanya sekedar buku kepunyaan jemari lainnya, yang pasti adalah satu ‘ia ingin tahu apa itu kebebasan.

Hingga akhirnya, suatu saat jemari itu bertemu sebatang pena yang usang dan berdebu disudut meja, kamar belakang. Pena itu terbuat dari bamboo yang mulai menjadi bubuk termakan usia. Namun, estetika rasa cintanya pada berjuta goresan tintatak akan pernah hilang atau pun mati termakan usia yang semakin tua. Bubuk bamboo yang terpisah dari tubuhnya telah menjadi saksi bisu betapa tangakasnya ia dahulu.

Pena tua itu pun kini mulai berceloteh,

Apakah kau bertanya tentang kebebasan nak? Hhahahaha…

Nak, sadarilah. Selama ini kau telah mengalami kebebasan, kau telah menemuinya. Kau berkelana tanpa ada yang menghalangimu. Bukankah itu kebebasan? Kau bertanya pada siapa pun yang kau temui tanpa permisi, bukankah itu juga kebebasan? Kau bertanya tapi tak ada yang peduli padamu, bukankah itu juga kebebasan bagi mereka? Sekarang aku berceloteh sesukaku, bukankah itu juga kebebasan?

Kebebasan itu ada padamu nak, ia tak perlu kau cari ia selalu ada bersamamu. Kebebasan selalu ada pada dirimu. Sadarilah nak. Kebebasan tak perlu kau cari, karena dengan sendirinya ia akan mengiringi langkahmu.

Nak, kebebasan bukan berarti tak ada aturan atau tanpa norma, dan tata karma. Kebebasan bukan berarti pembangkang yang tahu diri. Kebebasan adalah ruh, jiwa mu yang ada namun tak kau sadari dan nikmati keberadaannya dalam dirimu. Berhentilah mencari apa itu kebebasan nak, nikmatilah ruh kebebasan yang ada pada dirimu. Jangan pernah biarkan rasa terkekang, terpasung atau terpenjara ada pada dirimu karena sesungguhnya ruh kebebasanmu akan mati terbunuh olehnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun