Wah, rasanya sesuatu banget bila Anda termasuk pada mereka yang kondisinya sesuai dengan judul di atas. Bila ingat dulunya atau sekarang ini, Anda termasuk ada di dalam kelas IPA, IPS ataukah Bahasa?
Seperti saya sendiri yang pernah berada jadi anak di kelas IPA dengan Biologi (A2) sebagai mata pelajaran utama setelah Kimia dan Fisika. Justru ilmu yang saya sukai ada di ranah kelas IPS. Akhirnya saya kuliah di jurusan Bahasa Inggris dan juga menguasai berbagai jenis bahasa asing lainnya.
Kok bisa? Begini, selama di kelas IPA, barulah diri ini sadar ternyata minat saya ada di kelas atau materi pelajaran IPS. Anehnya, kemampuan pengetahuan yang saya kuasai dan menjadi life skill (keterampilan atau bekal hidup), justru ada di mata pelajaran Bahasa.
Saat belajar di SMA pada tahun 1980-an sampai lulus kuliah di tahun 1989 dan saya sudah menjadi seorang guru, keberadaan kelas IPA dan IPS masih tetap berjalan di setiap sekolah lanjutan atas, kecuali kelas Bahasa yang mulai dihapus perlahan di tahun 2005-an karena adanya faktor pembagian jam wajib bagi guru untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi.
Ingat! Salah satu syarat utama untuk menerima tunjangan sertifikasi, seorang guru harus mengajar sebanyak 24 jam total keseluruhan selama satu pekan. Tidak peduli berapa pun muatan jam mengajar yang sudah ditentukan dalam Kurikulum untuk setiap mata pelajaran yang berbeda dalam satu pekan.
Baca juga : Bunda, Perhatikan Dampak Buruk Pola Makan Parenting VOC pada Anak Anda!
Pertama, sebagai contoh untuk memberikan gambaran jam mengajar saat itu dalam kurikulum, dalam satu minggu setiap kelas akan mendapatkan 5 jam tatap muka untuk Bahasa Indonesia, 4 jam untuk Bahasa Inggris, 5 jam untuk Kimia, 5 jam untuk Biologi, 2 jam untuk Bahasa Jepang, 2 jam untuk Bahasa Jerman, 3 jam untuk Ekonomi, 2 jam untuk Geografi dan seterusnya.
Jumlah guru mata pelajaran IPA pada awal tahun dicetuskannya hak menerima tunjangan sertifikasi tersebut sangatlah banyak dibanding guru mata pelajaran IPS dan guru Bahasa yang jumlahnya sangat sedikit.
Maka tidak heran jumlah kelas IPA lebih banyak dibanding kelas IPS atau Bahasa demi memberikan porsi terpenuhinya beban jam mengajar wajib 24 jam bagi guru IPA tersebut. Tidak heran, karena jumlah kelas IPS lebih sedikit, para guru menjadi kekurangan jam mengajar dan terpaksa harus memenuhi jam wajib mengajarnya dengan mengajar di sekolah lain.
Parahnya, demi pemerataan itu, terpaksalah kelas Bahasa dihapus atau dimatikan secara tidak resmi dan bertahap di setiap jenjang SMA karena dianggap tidak diminati oleh murid dan akan memengaruhi keterpenuhan hak menerima tunjangan sertifikasi setiap guru yang padahal asumsi itu tidaklah mutlak benar.