Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Tari Barong, Tari Tradisional Bali di Dunia Seni Kontemporer

21 Mei 2024   20:54 Diperbarui: 22 Mei 2024   08:20 1797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sang Patih dan pengikutnya melakukan komunikasi interaktif dengan penonton di Tari Barong dan Keris. Sumber gambar dokpri

Lebih dari puluhan kali, bila berkunjung ke Bali, saya selalu menyempatkan untuk menikmati pagelaran Tari Barong dan Keris yang ditampilkan oleh Sanggar Putra Barong di daerah Celuk, Sukawati, Gianyar.

Sendratari tentang pertarungan kejahatan melawan kebaikan, sangat apik dibawakan totalitas oleh para seniman dan seniwati yang hampir semuanya warga asli dari Bali.

Mulai dari gending pembuka yang mengalun dinamis, tipikal gamelan tradisional Bali dan awal cerita pun dimulai. Tarian pembuka cerita dari dua orang penari yang sangat memukau dan juga adanya adegan mistis di pengujung pagelaran mampu membius semua perhatian penonton dan membawanya ke dalam perasaan takjub.

Dua penari di pembuka Tari Barong dan Keris. Sumber gambar dokpri
Dua penari di pembuka Tari Barong dan Keris. Sumber gambar dokpri

Uniknya, koreografi Tari Barong yang ditampilkan pada saat saya menonton setiap tahunnya, mulai dari tahun 2002 sampai dengan 2024, ada hal-hal tertentu yang berubah bila dibandingkan pada koreografi awal di setiap babak cerita "Tari Barong dan Keris".

Itu menunjukkan adanya proses penciptaan atau kreasi baru pada seni koreografinya di bagian-bagian tertentu yang tidak mengurangi nilai sakralnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa pertunjukan seni di Bali, konon dibagi menjadi Tiga Jenis.

Pertama adalah jenis Pertunjukan Adat, yaitu semua prosesi dari awal sampai dengan akhir, tidak ada satu pun yang memang ditujukan untuk memberikan hiburan kepada para pengunjung atau wisatawan yang datang.

Seperti halnya upacara pembakaran mayat atau Ngaben, Hari Raya Nyepi dan lainnya. Karena semua itu merupakan bagian dari ajaran agama Hindu. Tidak ada tawar-menawar di dalam proses pelaksanaannya untuk dikompromi.

Kedua, jenis Pertunjukan Semi Adat. Klausa yang kedua ini sangat menarik karena meskipun mengandung budaya adat, namun masih ada bagian tertentu yang bisa diubah sesuai selera masyarakat atau para penontonnya semata agar tidak membosankan.

Di bagian ini, terkadang ada aura mistisnya, sehingga antara penampil dan penonton bisa untuk saling berinteraksi untuk saling memberikan apresiasi positif.

Sang Patih dan pengikutnya melakukan komunikasi interaktif dengan penonton di Tari Barong dan Keris. Sumber gambar dokpri
Sang Patih dan pengikutnya melakukan komunikasi interaktif dengan penonton di Tari Barong dan Keris. Sumber gambar dokpri

Dalam kasus contoh pertunjukan Tari Barong, mulai dari awal pertunjukan, sudah ada gebrakan untuk membangun komunikasi interaktif melalui umpan kalimat yang saling bersambung sehingga menimbulkan gelak tawa penonton.

Pada tahun-tahun awal saat saya menikmati pertunjukan Tari Barong dan Keris tersebut, tidak ada kalimat dalam Bahasa Bali yang divokalkan dalam pentas yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kecuali beberapa tahun belakangan ini. 

Itu artinya, disamping memberikan hiburan, para seniman dan seniwati Bali, ingin memberikan edukasi positif dan mengajak untuk turut serta tentang pelestarian tari tradisional tersebut pada masyarakat ramai

Juga, para seniman Bali yang pada tahun-tahun awal didominasi oleh kaum laki-laki, pada tahun belakangan ini, peranan seniwati perempuan, juga tidak kalah penting dalam setiap pertunjukan Tari Barong dan Keris di berbagai daerah atau sanggar tari.

Baca Juga: Pelarangan Program Study Tour, Solusi yang Solutifkah Bagi Semua Pihak?

Hanya saja, untuk gerakan-gerakan yang dianggap mampu memberikan hiburan dan memancing gelak tawa, sampai sekarang masih selalu dijaga dan ditampilkan tanpa mengalami perubahan koreografi.

Adegan penangkapan Kalika yang berubah wujud menjadi Babi menimbulkan gelak tawa. Sumber gambar dok pri
Adegan penangkapan Kalika yang berubah wujud menjadi Babi menimbulkan gelak tawa. Sumber gambar dok pri

Adegan itu akan muncul saat Kalika, murid Rangda yang paling sakti ilmunya mengajak duel Sahadewa. Dia selalu kalah meskipun berubah wujud menjadi berbagai jenis hewan buas dan salah satunya yang menggemaskan adalah saat berubah menjadi babi hutan berekor merah.

Ketiga adalah Jenis tari murni untuk pertunjukan hiburan meskipun bernuansa adat dan budaya Bali, namun bukanlah adat dari awal melainkan daya kreasi seniman yang tinggi sehingga bisa menciptakan karya seni yang tinggi pula untuk memberikan ruang hiburan.

Sebut saja sebagai misal beberapa jenis tarian Bali. Mungkin Anda pernah dengar Tari Kecak? Tarian yang menggambarkan Kisah Perang Mahabarata, dimana Hanuman dengan Pasukan Kera pengikutnya menyerbu Kerajaan Alengka untuk membantu Rama melawan Rahwana.

Iya, itu adalah Tari kreasi Karya Wayan Limbak, seorang seniman Bali pada Tahun 1930 an dan dipopulerkan juga ke seluruh dunia oleh seorang pelukis Jerman, Walter Spies. 

Dari berbagai gambaran di atas, akhirnya bisa diambil kesimpulan bahwa dengan melakukan berbagai upaya inovasi atau re-kreasi akan keberadaan berbagai jenis tari tradisional seperti Tari Barong dan Keris serta juga Tari Kecak, ternyata masih mampu untuk bertahan di tengah gempuran model tari kreasi baru atau kontemporer.

Adegan dengan suasana mistis karena kerasukan roh jahat hingga badannya kebal akan tusukan keris. Sumber gambar dokpri
Adegan dengan suasana mistis karena kerasukan roh jahat hingga badannya kebal akan tusukan keris. Sumber gambar dokpri

Selanjutnya, tinggal diberi perlengkapan dengan penggabungan pada teknologi Artificial Intelligence (AI), seperti animasi, suara, pencahayaan, dan lainnya, akan menjamin bahwa kualitas seni masyarakat kita akan semakin menggebyar panggung pariwisata dunia.

Artikel ditulis untuk Kompasiana.com

Gianyar, Bali, Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun