Sedih rasanya bila mendengar ada pekerja, mahasiswa atau pelajar yang sedang mengikuti program magang kerja di luar negeri, namun setelahnya, kondisi nasib kehidupan mereka di sana sangat memprihatinkan.
Belajar dari kasus banyak mahasiswa Indonesia yang terlunta-lunta nasib mereka di Jerman karena mengikuti program Ferienjob di Jerman, tak ayal memicu kegaduhan semua pihak terkait pada beberapa waktu lalu di tanah air.
Mereka merasa telah ditipu dengan program yang mengatasnamakan kerja sama dari beberapa kampus ternama di Indonesia atau sekolah dengan Pemerintah Jerman.Â
Beberapa jenis pekerjaan dari tempat mereka kerja dan juga sistem penggajian mereka selama magang bekerja ternyata tidak sesuai dengan seperti apa yang ditawarkan pada waktu sebelum berangkat.
Baca Juga: Menyelisik Istilah " Nihon Bare" dan Asal Usul Nama Negara Jepang
Akhirnya semua saling menyalahkan dan mencari di mana letak ketidakberesan program magang kerja tersebut. Dampaknya, ada beberapa orang yang akhirnya ditetapkan oleh pihak berwajib sebagai tersangka karena dianggap sebagai tindakan human trafficking (Perdagangan Manusia)Â yang tentu saja melanggar hukum.
Siapa yang patut disalahkan?
Sebetulnya, itu semua karena tingkat literasi kita yang rendah ini yang patut dijadikan klausa sasaran kesalahan kita semua. Kita sendiri yang enggan dan malas untuk memahami semua program tersebut dengan jeli dan seenaknya saja menyalahkan pihak Jerman bila tidak sesuai dengan harapan kita.
Bagaimana tidak, minat dan daya baca kita dalam menerima informasi, memahami aspek kelemahan dan kelebihannya serta bagaimana mengolah data yang diterima serta antisipasi untuk tindakan selanjutnya, bisa dikatakan sangat lemah dan memprihatinkan.
Akhirnya celah kelemahan literasi kita itu dimanfaatkan oleh mereka yaitu pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil kesempatan demi keuntungan pribadi mereka.