Bila mendengar istilah marbut atau 'marbot' sebuah masjid, bayangan kita pasti adanya seseorang yang bertugas membersihkan lingkungan masjid, menyiapkan air wudhu, mengepel lantai masjid, menjemur karpet dan memperhatikan keamanannya juga demi membantu kelancaran beribadah umat muslim di masjid.
Sungguh pekerjaan yang sangat mulia, namun terkadang dipandang sebelah mata oleh orang lain dan dianggap sebagai jenis pekerjaan rendah. Tidak heran, banyak orang yang hidup di zaman materialistis seperti saat ini, akan menolak bila ditawari pekerjaan marbut itu.
Honor yang diterima sebagai marbut masjid sangatlah bervariasi di setiap masjid. Semua itu juga tergantung dari infaq atau sedekah yang diperoleh dari para jamaah yang ikhlas memberikan sumbangan dana secara teratur atau insidental kepada ta'mir atau pengurus masjid.
Karena honor atau gaji marbut hanya berkisar antara Rp. 300.000,00 sampai dengan Rp. 500.000,00 setiap bulan, tentulah tidak cukup untuk nafkah hidup keluarga para marbut. Apalagi, rendahnya anggaran pemerintah daerah atau pusat, belum mampu memberikan perhatian atau bantuan biaya hidup demi kesejahteraan marbut masjid.
Semua penghasilan, pangkat, kemuliaan dan derajat dari sebuah jenis pekerjaan yang sering dianggap rendah oleh banyak orang terutama bila sebagai marbut masjid, bahkan parahnya sering diabaikan baik oleh masyarakat atau pemerintah, namun Allah SWT lah yang akan memberikan ganjaran berlipat ganda dan meninggikan derajat hanya pada mereka yang tawakal dan tawadhu.
Kisah Marbut yang diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa ta'ala
Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, ada kisah yang menginspirasi dari sosok anak muda bernama Fadlul Rohman. Berusia muda, namun bersedia menjadi marbut masjid dengan ikhlas demi meringankan beban kedua orang tuanya.
Meskipun Rohman bekerja sebagai seorang marbut masjid, cita-citanya sangatlah tinggi, yaitu ingin menjadi seorang perwira di kemiliteran. Ujian kesabaran harus selalu diterimanya  karena selalu gagal meski sudah mengikuti tes penerimaan pendidikan di Akademi Militer (AKMIL) sampai yang ke 10 kalinya.
Namun akhirnya Allah Subhanahu wa ta'ala telah berkehendak, maka siapa juga yang mampu melawan-NYA, yaitu mengangkat derajat seorang marbut masjid dan masuk seleksi serta diterima resmi menjadi salah satu Taruna Akademi Militer di Magelang.